Sabtu, 31 Maret 2018

Apa yang Dimau MUI sama dengan apa yang dimau ISIS (Teori keagamaan III)


Anda mungkin tidak akan mengerti topic kali ini tanpa membaca tulisan saya sebelumnya the myth apakah ia hidup bagi teman teman pembaca yang menemukan judul ini diharapkan membaca judul sebelumnya karena sangat berkaitan dan membantu anda memiliki pemahaman yang jelas.

agama dapat didefinisikan sebagai sebuah identitas yang mengalir dalam jiwa manusia, walaupun aliran ini tidak dapat dilihat namun ia hidup dan mengontrol manusia. dalam sebuah hipotesis salah satu tanda kehidupan adalah bertahan hidup, bahwa ia bertahan terhadap gangguan yang berusaha untuk menghilangkannya. salah satu ciri ini dapat membuat objek tersebut bersikap egois atau berusaha merusak objek lain yang sejenis karena kepentingan yang sama.

sebagai contoh binatang seperti salah satu jenis monyet terkadang menghabisi dan berperang sesama jenis mereka untuk mengurangi persaingan dalam mengambil makanan. ini salah satu contoh yang mengindikasikan bahwa monyet adalah kehidupan, ia dapat bersikap egois dalam merusak objek lain (sesama monyet) untuk bertahan hidup.

demikian pula agama atau secara umum myth, agama dapat bersikap egois dalam menghadapi
perbedaan, yang dalam hal ini paham lain yang dianggap merupakan maksiat. sebagai contoh berpakaian, kebanyakan orang islam menganggap orang yang tak berjilbab tidak bermoral, artinya mereka menghendaki agar perbedaan hilang dan sehingga seluruh orang memakai jilbab, atau dalam hal ini fungsi berkembang biak dari paham itu sendiri dijalankan. kita mengetahui bahwa orang barat memakai pakaian minim, salah satu suku di afrika bahkan wanitanya tidak memakai bh/penutup dada, dan di papua orang orang hanya memakai koteka, kalau ditinjau dari ilmu sosiologi dan antropologi ada perjalanan fisis mengapa orang berpakaian dan menganggap apa yang patut ditutupi dan yang tidak terkadang berbeda. kita tidak dapat mengatakan bahwa orang yang memakai pakaian minim tidak bermoral, bila anda pernah ke barat anda akan tercengang dengan kebaikan hati orang orang ini, wanitanya walau memakai pakaian minim bila kita beri lewat saja mereka mengucapkan terimakasih sambil menundukkan kepala. saya ingin mencoba menjelaskan bahwa apa yang baik dan buruk dalam setiap budaya itu berbeda, bukan berarti orang barat dengan pakaian yang minim tidak bermoral dibanding orang orang islam yang berjilbab, ada perjalanan fisis mengapa norma norma tertentu berlaku di dalam suatu masyarakat.

ini juga terjadi pada minum bir, sex dan juga tatacara yang lain, selama tidak ada didalam sains itu penetapan bahwa suatu dampak berbahaya seperti rokok atau drugs maka sepatutunya kita tidak perlu menganggap budaya atau kebiasaan masyarakat itu tidak bermoral.

https://www.tokopedia.com/sciencephi/etalase/zzz
 namun apa yang terjadi pada agama justru sebaliknya dengan memberikan pandangan yang subjektif terhadap perbedaan yang dapat mereka sebut sebagai maksiat mereka menghedaki agar perbedaan hilang dimuka bumi, itulah yang sering orang beragama lakukan, melakukan demo 212 mencoba mengontrol pemerintah, MUI yang mencoba mengontrol perfilman di indonesia yang bahkan bukan bagian mereka untuk mengontrolnya, pemenjaraan ahok sebenarnya karena dianggap ahok akan melakukan tata cara non islam seperti lokalisasi (bukan maksudnya pada penistaan itu sendiri) , merupakan suatu sudut pandang yang sama yang jika ditelisik dari ilmu yang saya jelaskan tadi bahwa orang orang beragama terutama islam memiliki keinginan yang sama dengan ISIS yaitu membentuk negara tanpa perbedaan atau kemaksiatan.

Paham paham yang saling bertempur ini merupakan fungsi dari bertahan hidup dan keegoisan, terorisme, hancurnya negri negri islam, fundamentalisme merupakan suatu yang disebabkan oleh fungsi keegoisan ini, dimana para myth tidak memperdulikan manusia yang dikendarainya, ia hanya ingin melakukan system system alam yang membentuk dan membuatnya melakukan hal hal tersebut, tanpa melihat berapa jumlah nyawa dan manusia yang mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar