Para saintis mendapati
bahwa hampir dalam semua kebudayaan memiliki paham tentang adanya kehidupan
setelah kematian, bangunan paham ini diprediksi lahir dari nenek moyang kita
yang merasa kehilangan terhadap seseorang yang mereka kasihi, untuk menghilangkan
stress secara tidak sadar otak kita membentuk adaptasi terhadap stress, dari
situlah nenek moyang kita berusaha untuk mencipatkan adanya kehidupan setalah
kematian, membayangkan sang terkasih baik-baik saja di alam sana. Hal ini
kemudian menjadi suatu cerita yang terus diturunkan, lalu nenek moyang kita
menganggapnya sebagai dogma yang suci.
Berikut
akan dijelaskan beberapa teori yang dibangun oleh para saintis untuk
menjelaskan adanya myth
tentang agama yang akhirnya menjadi dogma yang dijunjung tinggi oleh
orang-orang beragama. Walaupun
banyak juga penelitian yang berhubungan dengan teori teori tersebut sesuai
dengan perkembangan sains sendiri namun perlu di tekankan untuk berfikir
skeptik terlebih dahulu berpijak pada penelitian yang telah ada dan diterima.
1. Adanya
kehidupan setelah kematian
Orang
mesir mempercayai bahwa setelah mati manusia akan tetap abadi sepanjang tubuh
mereka tetap utuh, karena itulah mereka melakukan pengawetan terhadap mayat
orang-orang penting mereka, merekapun membuatkan piramid, mereka juga
mempercayai bahwa leluhur mereka akan
tetap abadi menjadi bintang di langit, selama mereka menjaga tubuh leluhur
mereka tetap utuh.
Seiring
dengan pencarian makna hidup dari manusia myth ini juga dapat
berkembang menjadi ‘dongeng’ tentang alam lain yang terbelah menjadi dua yaitu
tempat untuk orang baik dan untuk orang jahat yang sekarang kita sebut surga
dan neraka, myth ini juga
berkembang menjadi kepercayaan tentang reinkarnasi. Dalam Myth ini juga terdapat dalam agama yang ada
hingga saat ini baik islam, budha, ataupun hindu.
https://www.tokopedia.com/sciencephi/etalase/zzz |
2. Doa
Definisi
agama dalam sains adalah sesuatu yang diterima tanpa pembuktian, karena itu
bagi siantis agama-agama yang berkembang didalam pelosok afrika dimana manusia
belum mengenal peradaban sama saja dengan agama islam atau kristen. Terkadang
para siantis berusaha untuk melakukan penelitian di daerah - daerah pedalaman
untuk mengetahui pembentukan agama dari yang paling dasar, karena didaerah
tersebut paham agama belum mengalami asimilasi atau pencampuran dengan paham
atau myth
lain.
Ketika melakukan penelitian
tentang agama suku pedalaman tentang doa, para saintis mendapati pola yang
sama
dengan dengan doa-doa yang dilakukan oleh orang-orang beragama di masyarakat
modern, banyak doa yang tak terkabul namun mereka selalu memberi alasan-alasan
tentang tak terkabulnya doa, seperti ada campur tangan dewa musuh, upacara yang
tidak sempurna, tentulah dibalik semua itu mereka juga memiliki kearifan
didalam beragama seperti kita harus sabar, ada makna hal ini dan itu, atau makna
dari tidak terkabulnya doa seperti bahwa dewa akan memberikan hal yang lebih
baik. Bukankah didalam agama masyarakat modern seperti Islam kita mendapati hal
serupa kurang berzikir, 1/3 malam, kurang sedekah, mungkin ada baiknya bila
tidak dikabulkan, harus bersabar, dan ujung-ujungnya di bales di akhirat… cape
deeeh. Namun sebaliknya bila ada sebuah kebetulan dari ribuan doa yang
terpanjatkan tiba-tiba mereka kagum dan bersorak sorai mengabarkannya pada
orang lain bukti bahwa tuhan allah, yesus, siwa, ataupun mungkin jupiter telah
mengabulkan doanya1.
Saya sungguh heran
dengan kata-kata ini “tidakkah kau lihat patung-patung itu tidak dapat
memperkenankan doa-doa kalian dan kalian pun lalai dengan apa yang kalian
minta”. Perasaan gua minta sama lo ribuan kali gak ngabul-ngabul. Bila minta a jadi b, minta jadi saintis jadi tukang
bubur, udah gitu gagal lagi usaha buburnya, serasa tuhan memberi tetapi
sebenarnya logikanya tidak nyambung. Kalau kita berani
jujur dengan diri sendiri pastilah kita juga akan mendapati bahwa doa-doa kita
banyak yang tidak terkabul, pada akhirnya dengan sedikit keberanian kita akan
memperoleh pemahaman yang serupa tidak ada bedanya antara patung dan Allah.
Terkadang
walaupun telah pastilah bagi diriku bahwa tuhan tidak ada, aku tetap saja
mencoba berdoa, ‘ya tuhan bila kau lakukan hal ini….. atau mengabulkan doaku,….
Atau menolongku……, aku kan kembali kepadamu tuhan,…. Apa susahnya
menyembahmu,…. Aku tidak akan mempersekutukanmu tuhan…lihatlah dia menyebah yesus,
siwa, tuhan.. tetapi hidupnya lebih baik dibanding aku’,…..atau
perjajina-perjajian lainnya yang ada. bahkan bila setan ada dan dapat menolong
ku mungkin aku akan melakukan perjanjian dengannya yang penting hidupku akan
tertolong. Namun yang aku tahu sekarang
aku harus mendewasakan diriku terhadap hal-hal seperti itu, agar aku
tidak membodohi diriku terus menerus, karena Tuhan, setan, dedemit, ataupun
mahluk serupa seperti itu hanyalah imajinasi kosong. Huuuu memang membutuhkan
pertolongan lebih besar dibanding apapun. Para saintis mempredikisi atas hal
ini, ketika manusia dalam keadaan lemah mereka akan mencoba untuk berdoa pada
tuhan mereka.
3. Darimanakah
datangnya moralitas
Berikut
akan disajikan beberapa penelitian bagaimana moralitas tentang yang baik dan
buruk dapat terbentuk:
a.
Pelestarian gen
Telah dikatakan
sebelumnya bahwa dapat dianggap bila gen itu hidup (www.women.com), pada sebuah
penelitian yang diuji
pada sebuah keluarga besar yang terdiri dari kakek, ayah, anak, paman, sepupu
dst. Keluarga ini diminta untuk menahan nafas yang dibuat seolah-olah mereka
menahan nafas untuk anggota keluarga tertentu misalnya kakek untuk cucunya
(anak), untuk anaknya (paman dan ayah), demikian juga ayah untuk anak, ayahnya
(kakek), dan seterusnya, Setelah itu dilihat waktu masing-masing. Dari hasil
penelitian tersebut didapat bahwa anggota keluarga akan berkorban menahan nafas
lebih lama untuk anggota keluarga yang lebih dekat hubungan darahnya, artinya
sang kakek akan menahan nafas lebih lama untuk anaknya dibanding untuk cucunya,
dan seterusnya. Sang peneliti menyimpulkan perbuatan baik atau pengorbanan atau
dapat disebut moralitas dapat terbentuk akibat hubungan darah yang disebabkan
genetik, artinya secara kasar ‘sang gen ingin copy terdekat dirinyalah yang
bertahan hidup lebih lama dibanding copyan yang lebih berbeda’.
b.
Win-win solution
Sebuah penelitian
dilakukan pada anak-anak seusia 6-10 tahun untuk berbagi permen, ada 7 permen
yang
akan diberikan pada seorang anak, dengan syarat ia harus memberikan permen
sebagian pada anak lain pasangannya, bila permen itu tidak dibagi atau pasanganya menolak untuk
menerima permennya, maka permen-permen tersebut tidak jadi diberikan. Dalam adegan
drama pemberian permen itu biasanya sang anak mencoba untuk memberi 2 permen
pada teman pasangannya, dan mengantongi
5 permen untuk dirinya sendiri. Namun tentu saja teman pasangannya tidak
terima, 2 untuk dirinya dan 5 untuk temannya itu tidak adil, mereka harus
berdebat, satu sama lain bersihkuku dan saling merasa benar, akhirnya karena
takut tidak mendapatkan permen sama sekali sang anak memilih untuk membagi 3
permen untuk temannya dan 4 permen untuk dirinya. Keduanya merasa ini adalah
cara yang adil, dan kebanyakan penelitian diakhiri dengan pembagian ini. sang
peneliti menyimpulkan bahwa manusia saling berbuat baik dengan sesama adalah
salah satu cara pertahanan mereka terhadap alam,manusia sering mengingat bila
ada orang yang berbuat baik ataupun yang berbuat jahat pada mereka dan dalam
hubungan tersebut mereka berusaha untuk membalas perbuatan baik dan buruk itu. Demi terciptanya win-win
solution terciptalah sistem sosial dan ekonomi, peraturan dalam masyarakat pun
terbentuk dan kemudian pada level yang lebih besar peradaban juga terbentuk.
agar
penelitian dapat dilakukan dalam dana yang minim para saintis menggunakan
anak-anak karena bagi mereka permen juga merupakan hal yang penting, tapi besik
perasaan win-win solution ini ada pada anak-anak maupun orang dewasa, jadi
tidak perlu dipertanyakan apakah hal ini juga berlaku pada orang dewasa.
c.
Neuro cermin
Lalu bagaimana dengan
orang yang tak dikenal sekalipun, bagaimana manusia bisa berbuat baik dengan
soerang buta yang sedang menyebrang yang mungkin tidak akan bertemu lagi
ataupun tidak mungkin menolong mereka dilain waktu. Jawabannya ada pada salah
satu sel di otak kita yang diberi nama neuro cermin. Para siantis melakukan
penelitian pada beberapa orang yang di periksa gelombang otaknya, para
partisipan diperlihatkan orang–orang yang sedang kesusahan ataupun terjadi
kecelakaan, pada penelitian tersebut didapati bahwa setiap kali melihat orang
yang terjatuh atau dalam keadaan susah neuro cermin mereka menyala.
Kesimpulannya neuro cermin menuntun manusia untuk berbuat baik dan merasakan
penderiataan orang lain seperti diri sendiri merasakan penderiataan tersebut.
Itulah mengapa kita cenderung menolong orang lain yang tidak kita kenal bahkan
binatang sekalipun yang jelas kita tahu ia tidak akan membalas kebaikan kita2.
Demikianlah
bukan tuhan yang menciptakan moralitas bahkan kelihatannya agamalah yang
meminjam moralitas dari kehidupan sosial manusia. Hal ini haruslah diakui oleh
orang-orang beragama sekalipun, kalau lah agama tidak mengakui hal ini maka
jadilah peperangan seperti kita lihat di dalam negara-negara islam. Bukankah
al-Quran turun sedikit demi sedikit untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di dalam masyarakat Arab zaman nabi Muhammad. Dulu memerdekakan budak
biasa dilakukan untuk mendekatkan diri dengan tuhan, sekarang tidak ada
perbudakan, apa mau menciptakan perbudhakan terlebih dahulu agar dapat
mengikuti aturan agama.
Hendaklah mereka tidak menjadi
Orang-orang yang telah diberi al kitab
Karena berlalulah masa yang panjang
Dari munculnya nabi-nabi
Kemudian hati mereka manjadi keras
Dan kebanyakan dari mereka adalah
Orang-orang fasik (al-Quran)
4. Bangunan
Masjid yang Tidak Rusak karena Stunami
Dalam suatu kos-kosan kita
sedang menonton bersama suatu berita, saat itu sedang hangat-hangatnya tragedi
stunami di Aceh. Salah seorang teman melihat bangunan masjid Agung Aceh tetap
berdiri megah, ia berkata dengan bangga ‘walapun terkena stunami bangunan masjid ini tetap utuh, ini seolah-olah
tuhan ingin menunjukkan keperkasaannya’. Berita-berita seperti ini mungkin
membuat seorang yang beragama Islam bukan merasa sedih karena peristiwa stunami
Aceh, namun bangga bahwa sesungguhnya tuhan telah menunjukkan kebesaraanya, dan
bahwa manusia telah banyak bersalah sehingga pantas dihukum. Peristiwa ini juga
sama dengan peristiwa tulisan-tulisan allah di buah atau kulit seorang bayi.
Dengan mencocokkan ayat al-Quran yang berbunyi ‘kami akan menunjukkan
tanda-tanda kebesaran kami, diseluruh penjuru…..’ maka bertambahlah keimanan
muslim karenanya.
Pada
dasarnya bila kita mengutamakan berfikir skeptis, kita akan mendapati bahwa
peristiwa tahannya
bangunan masjid karena stunami itu terjadi karena struktur
bangunan mereka yang memang kuat, bangunan masjid terdiri dari pilar-pilar yang
besar dan jarang dibangun menyerupai bangunan rumah biasa yang banyak tembok
pembatasnya, ditambah lagi bangunan pintu masjid selalu terbuka baik kiri,
kanan, ataupun belakang yang membuat para jamaah bisa memasuki masjid dari
segala penjuru, hal ini pulalah yang membuat air yang masuk masjid karena
stunami dapat masuk dan keluar melalui celah-celah pintu sehingga air hanya
numpang lewat dan tidak menimbulkan kerusakan yang parah.
kenapa tuhan tidak menjaga masjid ini juga...yang hancur karena gempa juga |
Stunami
terjadi karena gesekan lempeng bumi di dasar laut, bukan karena karena amukan Tuhan,
sekarang coba pertanyakan. Mengapakah stunami ini terjadi di Aceh yang
notabanenya penduduk muslim yang banyak bahkan disebut serambi mekah,
mengapakah ia tidak terjadi di sanfransisco yang banyak kaum gay dan lebian,
bila kita mengambil contoh hancurnya kota sodom karena diantara mereka banyak
kaum homosexual. Itu terjadi karena stunami dan tuhan itu bukan sesautu yang
dapat disambung dalam kerangka berfikir yang benar, stunami terjadi karena
peristiwa alam dan alam itu buta, tuli
dan bisu, ia tidak melihat apakah korbanya beragama islam atau kristen, atau ia
bermoral atau tidak.
Parahnya pemahaman
semacam ini juga dapat dijadikan untuk membenci keyakinan yang berbeda, dalam
sebuah video saya pernah menemukan seorang
muslim menuduh seorang anak bayi sebagai titisan dajjal karena anak ini
memiliki mata satu, dan mereka berkata bahwa anak ini adalah anak dari orang
yang beragama yahudi. Saya tidak tahu apakah foto yang diberikan benar atau
hanya rekayasa komputer, saya juga tidak tahu apakah anak bayi tersebut
berdarah yahudi atau tidak. Tetapai yang jelas saya tahu video itu telah
berhasil memberikan perasaan bagi sebagian muslim untuk memiliki rasa takut,
benci, marah terhadap agama yahudi.
Sekarang
kita ambil benang merahnya karena sebuah kebetulan dapat dianggap keajaiban
karena kurangnya pengetahuan. Masjid yang kokoh karena stunami, tulisan allah
pada buah hanyalah sebuah alat bagi kita untuk mencari pembenaran atas apa yang
kita yakini sedangkan yang bertentangan
kita lupakan saja. Dalam agama lain pun hal serupa sering terjadi, dalam sebuah
berita di India penganut agama hindu ramai-ramai menyembah sapi karena diyakini
sapi ini suci, mengapa mereka menganggap sapi ini berbeda, tentu saja mereka
tidak bodoh, mereka menyembahnya karena ada sebuah kebetulan yang ganjil, sapi
ini memiliki mata tiga, menyerupai dewa mereka….. . seorang muslim mungkin
menganggap ini hanyalah kesalahan genetik, namun demikianlah tulisan allah pada
kulit seorang anakpun mungkin adalah hal yang sama, batu ponori juga terjadi
karena hal yang sama, dan percayalah mereka tidak bodoh mereka hanya manusia
sama seperti kita, yaitu mahluk yang paling banyak menggunakan emosinya, bukan
mahluk yang mudah berfikir.
5. Bom
Bunuh Diri
Ketika manusia mulai
membentuk apa yang sakral dan yang profan, nenek moyang kita juga membentuk
apa
yang benar dan salah, menjadi sesuatu yang patut dan harus ditaati, walaupun
tidak semua salah, beberapa paham-paham ini benar hanya dalam pikiran mereka,
seperti dalam islam memakan babi, menginjak al-Quran, dalam agama lain misalnya
menginjak salib yesus atau bibel. Bagi agama kristen tentu memakan babi adalah
hal yang biasa, tetapi tidak dengan orang beragam islam, bahkan setelah
diberitahu bahwa daging yang ia makan adalah babi mereka kebanyakan akan
muntah-muntah. Sebaliknya bagi muslim mungkin menginjak salib adalah hal yang
biasa, tetapi tentu tidak bagi kristen.
Pembagian
ini masuk dalam aliran jiwa mereka, sebagian menimbulkan ketenangan namun tidak
sedikit yang menimbulkan masalah. Pagi mereka pembatasan antara sesuatu yang
sakral dan profan ini tidak dapat diganggu gugat, perubahan didalamnya akan
menimbulkan amarah tuhan, oleh karena itulah orang islam akan merasa tenang
bila ada orang beragama lain masuk dalam agama mereka juga sebaliknya mereka
akan marah bila ada orang lain yang keluar dari agama mereka, bahkan untuk
menjaga keutuhan paham yang hidup didalam diri mereka ini, mereka membuat
aturan baru seperti hanya menikahkan atau mengambil pemimpin orang yang
seagama.
Kita
mengetahui bahwa dunia dan manusia itu berubah, budaya dan tabiat masyarakat
juga berubah, saat itulah benturan paham ini terhadap waktu tidak dapat
dihindari. Sebagian menginginkan bahwa paham ini harus utuh, karena itulah
pertempuran didalam paham ini juga tidak dapat dihindari. Salah satu contoh
paham yang dapat menjurus pada tindakkan fundamentalisme atau teroris adalah
ketika saya mendengarkan ceramah di salah satu khotbah idul fitri pada saat itu
sedang gencar-gencarnya serangan isreal kepada palestina, penceramah mengatakan
‘tahu mengapa dulu Salahuddin dapat menguasai palestina, karena Salahuddin
dapat memberantas satu bid’ah, dengarkan satu bid’ah saja dapat menguasai
Palestina, bagaimana dengan saat ini bi’ah yang telah banyak di kalangan islam
saat ini’. keterpurukan islam memang membuat umat mempertanyakan mengapa tuhan
tidak menolong mereka, dan jawaban yang mudah di terima bagi pola berfikir
mereka adalah karena kita tidak mengikuti aturan agama, kita kurang suci
dihadapan tuhan, yang akhirnya mereka mempersalahkan orang-orang tertentu
didalam agama mereka sendiri, orang-orang yang telah melakukan perubahan
terhadap agama islam yang murni, jadi musuh mereka sekarang bukan hanya orang
non islam tetapi juga aliran-aliran lain yang mengajarkan perbedaan.
Well inilah yang disebut
myth
yang menyebabkan tindak terorisme, ketika frustasi atas kondisi kehidupan,
mereka mulai mempertanyakan dimana letak kesalahannya, dalam hal ini jawaban
yang mereka peroleh adalah tidak mentolelir perbedaan, sehingga dengan sedikit
profokator dan keinginan jihad mereka rela membunuh diri mereka dengan bom yang
menghancurkan bukan hanya non islam tetapi juga orang-orang islam yaang mereka
anggap mengajarkan bid’ah. Prediksi ini juga terdapat dalam teori psikologi ketika seseorang
ingin bunuh diri ada dua hal yang berhubungan dengan religiusnya, keimanan yang
terlalu tinggi atau tidak memiliki keimanan lagi. Masih ingat kejadian di
Amerika pemudah yang membunuh banyak orang karena ia merasa mati seperti
yesus…. Itulah yang terjadi pada umat islam yang melakukan tindak terorisme,
suatu pola yang sama.
Well done, semua teori
sudah ada dan digunakan
Tinggal bagaimana kita
berfikir
Semua hanyalah teori!!!
Ya, benar semua teori
Tetapi, tahukah anda? grafitasi
juga teori
Sumber :
1.
Emile
Durkheim. The Elementary Forms of the Religious Life. Ircisod. Jogjakarta. 2011
2. Prof. Robert Winston. 2002. Human instintc. BBC : London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar