Masuk
UNDIP Universitas yang cukup terkenal di jawa tengah, aku bertemu dengan dua
teman
sekosan Yudi dan Romli. Yudi berasal dari lampung namun kedua orang
tuanya bercerai, ibunya tinggal di kalimantan dan ayahnya tinggal di Lampung, sedangkan
Romli berasal dari Rembang Jawa Tengah.
Dua teman itu adalah dua teman awal yang mengisi waktuku ketika datang
di Semarang, awal awal di Semarang tentunya masih sulit untuk beradaptasi dan
mendapatkan teman baru. Aku mengingatnya, permulaan di Semarang kita
menghabiskan waktu dengan bermain di warnet chating dengan stranger, melihat
hal yang baru di internet, atau bahkan pastilah cowok cowok tidak terlewatkan
melihat bokep, kita bisa bermain di internet hingga pagi hari. Kita juga sering
menghabiskan waktu dengan bermain poker di kosan, terkadang pergi melihat
konser atau film. Tidak terlalu lama berteman dengan mereka sebelum akhirnya
kita membuat komunitas baru dengan teman teman dikampus yang mucul dari insting
manusia untuk bersosial, namun bagiku pertemanan tersebut dan suasana di kota
itu tidak akan lekang dimakan waktu, walaupun... bersamaan dengan penyesalan
yang selalu muncul karena salah memilih jurusan. Selalu ada hal yang indah dan
yang buruk dari kehidupan.
Lain
di kampus, aku memiliki teman yang cukup banyak, Bagus, Tunjung, Tio, Aviv, dan
si alfa male Teguh, Tiara, Antoni, dan masih banyak lagi. Sinpanse biasanya
hidup berkelompok dalam jumlah rata rata 50 ekor, bila jumlah populasi
meningkat lebih dari 100 ekor mereka terpecah menjadi dua kelompok, diatara 2
kelompok tersebut tidak mustahil terjadi kerja sama namun sering terjadi
pertengkaran dan pertempuran, untuk dunia binatang bahkan sering terjadi
genosida. Sedikit berbeda dengan manusia, bila jumlah cukup banyak kita pasti
berkelompok, demikian pula teman teman kampusku. Aviv merupakan teman yang
cukup dimusuhi, memang orangnya menyebalkan namun itu hanya jika anda tidak
betul betul mengenalnya, karena sering dimusuhi dengan kelompok terbesar Teguh,
Aviv lebih dekat dengan alfa male yang lain Bagus. Teguh sebenarnya juga teman
yang baik, ia tipe other, artinya lebih suka menganalisa dan memikirkan
perasaan orang lain, tetapi hidup seperti chaos, permasalan datang dan pergi,
bila kau memiliki prinsip yang tidak tepat dalam hidup, tidak peduli seberapa
baik dirimu, itu pasti dapat menggiring mu pada sebuah masalah. Tiara juga
tidak terlalu dekat dengan teman teman yang lain, ia bahkan pernah mengeluh
‘anak anak THP kaya gitu’. Kelihatannya ia agak dimusuhi juga, ia lebih dekat
denganku, sepertinya aku adalah penghubung antara teman teman kelas dan
dirinya. Demikian lah manusia sejak evolusi jutaan tahun yang lalu terjadi
mutasi yang bisa dibilang menguntungkan, namun kita ini ciptaan alam yang tidak
sempurna, menguntungkan dalam satu sisi bukan berarti selalu baik. Mutasi membuat
kita memiliki bahasa dan dengan bahasa itu kita saling menggosip, menggosip
merupakan sesuatu yang bukan main menjengkelkan, apalagi kalau kita adalah
korban darinya, tetapi yang membuat kita bisa membentuk sistem sosial yang
stabil adalah gosip. Gosip membuat kita saling membicarakan keburukan orang dan
menilai dan mengintrospeksi, ini membuat kita tidak seperti Sinpanse yang
menyelesaikan permasalahan dengan peperangan dan pembunuhan. Bila anda sangat
lelah dengan permusuhan di dunia kerja atau di kelas ingatlah penelitian ini :
jika anda masuk dalam kelompok yang
terdiri dari 100 orang, lima orang akan menjadi teman dekatmu dan 15 orang akan
menjadi musuhmu.
Kemudian
teman yang lain Antoni bisa dibilang bukan hanya sekedar teman, kita memiliki
banyak
persamaan: suka membaca buku, kita terbilang introvert yang terkadang
dikosan menghabiskan waktu sendirian, kita banyak berdiskusi seru tentang buku
buku yang kita baca dan permasalahan
dunia, negara dan islam. Kita sering pergi bersama ke kampus, kita saling
mempengaruhi dan dipengaruhi. Aku bisa menebak bahwa perpindahan agamanya dari
agama kristen ke islam mungkin karena kita sering berdiskusi, dan kebiasaanku
menulis mungkin karena terpengaruh olehnya, ia sangat menyukai jurnalisme dan
sastra, dan hal yang penting adalah kita sama sama salah masuk jurusan, aku
seharusnya masuk fisika atau matematik, sedangkan ia seharusnya masuk sastra,
bukan ngafalin jenis jenis ikan atau mempelajari pepesan ikan. Bila ia membutuhkan
pertolongan pastilah ia menghubungi aku, temannya yang menyebalkan tetapi
selalu ada, aku ingat hanya aku yang menolongnya pindah kos kosan dari pleburan
ke tembalang, membawa barang barang bawaannya yang begitu berat. Bila tidak
punya teman untuk berkelompok membuat tugas kampus ia pasti datang padaku, ia
bukan orang yang mau sedikit meminta untuk bergabung dalam suatu kelompok,
malunya terlalu besar. Aku ingat juga saat kami harus membuat tugas kelompok dua
dua, saat itu Tiara ingin aku bekerja bersamanya membuat kelompok, karena
keduluan oleh Tiara ia tidak memiliki kelompok dan memilih membuat tugas
tersebut sendirian. Bukan tugas yang terlalu berat sii, namun sangking malunya
meminta orang untuk menjadi kelompoknya saja sampai sampai membuat tugas
sendirian. Saat PKL ia pernah memintaku untuk membantunya, tetapi aku
menolaknya, kebiasaannya yang pemalu dan kadang bergantung padaku itu menurutku
tidak baik.
Bait
kata terpancar dari hati ke mulut, tanpa sadar sel spindel kita menyala, hormon
oksitosin keluar deras, jelas bukan free will tetapi itulah yang menyebabkan
manusia menjadi mahluk yang sosial. Begitu dekatnya aku bahkan berani mengatakan
cita cita dan ambisiku pada antoni. Ton
aku ingin seperti albert Einstein dan Newton, mereka membuat persamaan untuk
memprediksi alam, itu hebat sekali aku ingin seperti mereka. Itu adalah cita
cita yang memang serius ingin aku capai, namun baginya itu sama sekali tidak
mungkin. Ibarat kau naik kereta kemudian memandang pemandangan diluar dengan
kaca yang retak, pemandangan yang indah pun hilang karena retakan, demikian
hubungan kami. Ia mulai memandangku sebagai orang yang penuh dengan ambisi, aku
merasa heran bukannya bermimpi bersama ia malah terus menjatuhkanku mungkin
terlalu takut untuk bermimpi, ia malah justru terus menjatuhkanku, sedikit saja
kegagalan ia mencoba mengingatkanku, ‘tuh kan kamu gak bisa’, jadi jangan
bermimpi terlalu tinggi dan sok. Aku ingat ketika aku cukup stress karena
skripsi ia menjatuhkanku dan berkata ‘tuh kan kamu gak bisa’, apakah ia tidak
melihat dirinya bahkan pkl aja belum, jelek jelekin orang. Akhirnya karena
merasa sebal dengan hal itu, aku secara bercanda mengatakan, ‘aku akan
menguasai dunia’, sedikit sedikit aku menyindirnya saat malas berjalan kaki
membeli makanan ‘kok calon penguasa dunia suruh jalan sii’. Yang lucu lagi saat
bercanda dengan teman teman, teman ku maryono sedang belajar ilmu meramal, ia
memang selalu seperti itu, kesukaannya adalah yang berhubungan dengan
paranormal, saat ia meramalku, ia meramal bahwa aku adalah tipe pemimpin, aku
dengan perasaan bahagia mengatakan ‘yaa... aku akan menguasai dunia’, kemudian
maryono meramal lagi untuk Ari hasilnya serupa bahwa kami tipe pemimpin, jelas
aku tidak percaya dengan ramalan itu hanya untuk senang senang, aku dan ari cos
cosan dan ari berkata ‘ya ya mi ya kita akan menguasai dunia’. Kemudian antoni
dengan sebal berkata ‘lah kalo gak punya tangan bagimana meramalnya’, laah.....
semua juga tahu itu cuma bercanda, iri banget si tu orang.
Hal
yang sama terjadi saat bermain bola, saat itu kompetisi di tingkat jurusan. Aku
tidak terlalu jago jago banget bermain bola,tapi jelas lebih baik jika
dibandingkannya, karena dia lihat aku pandai bermain gocek bola kiri dan kanan
ia merasa iri dan takut kehebatanku bermain bola terlihat dan kemudian sok, ia
menyuruhku jadi back di belakang, lucu banget dia, sendiri aja nendang bola gak
bisa nyuruh orang jaga dibelakang, berbicara kalau aku tidak dapat bermain.
Pada pertandingan melawan adik kelas bahkan aku berhasil mencetak gol, saat itu
sangking capenya aku tidak terlalu bahagai merayakannya, salah satu pemain
tengah fuad hanya mangajukan tangan keatas dan mengajak tos tosan denganku,
itulah perayaan yang bisa aku lakukan. Entahlah apa yang ada pada pikiran Antoni
dan juga Teguh dalam hal ini pun terlibat, mungkin mereka berfikir aku seperti
orang yang sok cool sehingga tidak terlalu bahagia merayakannya. Saat akhir
permainan bola berlangsung panitia menanyakannya, siapa saja yang mencetak gol,
kami benar benar lupa siapa saja dari tim kami yang mencetak gol salah seorang
teman rifai berteriak ‘oh azmi’, aku juga pada saat itu lupa, kemudian akupun
berteriak ‘oh iya huuu yes yes yes’. Aku baru bisa merayakannya saat itu, si
dungu teguh marah ‘halaaaa udah tau aja pake sok sok an’. Lah padahal itu hanya
suatu letupan perasaan begitu saja namun dua kera ini ya begitulah, kita tidak
dapat mengontrol pikiran mereka. Keesokkannya pada saat ada kompetisi antoni
tidak ikut lagi, aku tahu apa yang ia rasakan,
ia takut melihat aku terlihat hebat, aku baru tahu orang bisa begitu
takutnya melihat kesuksesan orang lain. Saat aku kuliah kedua kalinya di
jurusan matematika, aku menjadi orang yang benar benar berbeda, bahkan lebih
dari Herda mahasiswa yang menonjol di perikanan, setiap kuliah selalu bertanya
dengan dosen, bahkan itu bukan bertanya tetapi berdiskusi, aku akan berhenti
bertanya ketika dosen marah karena aku tahu aku telah menguras ilmunya. Pernah suatu
saat hingga lupa diri, saya menjelaskan dosen sambil maju kedepan dan menulis
ke papan tulis, matematika benar benar membuatku kehilangan kesadaran.
Seandainya mereka bersama ku saat aku kuliah kedua kaliahnya di jurusan
matematika, mungkin aku bisa membuat mereka nagis darah.
Manusia secara otomatis membanding bandingkan,
adalah sesuatu yang ironis dari mahluk yang katanya turun dari surga bahwa kita
bisa bahagia ketika melihat orang lain menderita dan ketika kita melihat teman
bisa sukses kita merasa menderita, bila kau sering melihat orang pamer di
medsos sebenarnya efek inilah yang terjadi. Itu terjadi karena manusia adalah
binatang yang secara otomatis membanding bandingkan, bila orang takut melihat
temannya sukses itu terjadi karena seolah ada jalur otomatis dari pikirannya ‘kok
saya tidak bisa seperti itu, berarti saya pecundang dong’. Bila kau adalah
orang yang sukses dan berkata’ aku seperti ini karena aku berusaha...., aku
bekerja keras ... ‘ kemudian ada orang
lain yang menganggap hal itu sok, itu hal yang wajar karena kata kata seperti
itu seolah olah mengatakan bahwa orang yang berada dibawah (dirinya) atau tidak
sukses pantas disana karena ia tidak berusaha selayaknya saya berusaha. Demikian
pula jika memberitahu cita cita mu, orang akan takut bila kau benar benar akan
mencapainya, dunia ini penuh dengan kedengkian dan kecemburuan, sebaiknya bila
kita punya cita cita jangan katakan pada orang lain sedekat apapun orang itu,
atau dia akan menginginkanmu.... mati.
Dadaku
sesak kadang dengan bereteriak aku dapat mengurangi rasa sakit di dadaku, entah
rasa sakit ini datang dari mana, sejenis penyakit mental, yang jelas bukan
penyakit fisik namun bila terlalu sakit aku kadang harus membuka mulutku untuk
membantuku bernafas. Terkadang untuk
membantu imajinasiku berkembang dan melampiaskan rasa dada aku membuta blog. Disana
aku mencoba curhat pada kekosongan, tetapi... ia mengetahuinya...
Ia mengetahuinya...
Bahwa aku mencoba membunuh diriku...
Ia tidak peduli akan hal itu....
Ia mengabil jalan kebencian yang
memenuhinya...
Mencoba menghukumku...
Mencoba membuat semua orang berfikiran
sama
Agar semua membenciku
Takut melihat apa yang ada di dirinya
Sebuah kegelapan
Ia bahkan terus
.....fitnah.....
Tak peduli.... tak peduli dengan ikatan
yang pernah kita rakit
Emosi membakar hubungan, ia melenyapkan
kebaikan...
Karena aku menyatakan cita citaku
ia ingina aku mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar