Rabu, 07 Februari 2018

science dibalik Banjir besar Nuh


Apa Kata Islam ????!!!!!!

Kisah banjir besar Nuh banyak disebutkan dalam Alquran, tapi kita akan membahas  surat Alqomar  ayat 11 sampai ayat 13 yang menurut saya paling penting  untuk diketahui disini. Dikatakan dalam ayat tersebut kira-kira isinya adalah sebagai berikut :

ففتحنا أبواب سماء بماء منهمر (١١) وفجرنا الارض عيونا فالتة الماء على أمر قد قدرل (١٢) حملنه ع ذات الوحي ودوسري (١٣)

Artinya :
Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.(11) Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.(12) Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.(13)1

Mungkin kita sering mendengar bahwa turun hujan terjadi selama 40 hari dan banjir menutupi seluruh permukaan bumi/dunia, tetapi sebenarnya tidak pernah dikatakan dalam Alquran berapa lama terjadinya hujan dan banjir tersebut, jumlah bilangan hari semacam itu disebutkan didalam injil/Alkitab, dikatakan dalam kitab kejadian: “sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan keatas bumi 40 hari 40 malam lamanya dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Ku jadikan itu”2. Dan dilain ayat “Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi 40 hari 40 malam lamanya. Pada hari itu juga masuklah Nuh, Sem, Ham, dan Yafet, serta anak-anak Nuh….. didalam bahtera itu….”2. Jadi jelaslah kalau bilangan 40 hari turunya hujan yang sering diceritakan oleh ustad atau ustadah kita datang dari kisah-kisah israiliat yang berasal dari taurot dan injil, bukan cerita yang murni diambil dari Alquran.

 Sedangkan kata(الارض)alardho yang berarti “bumi” atau “kepada bumi”3 dalam ayat itu, tetapi kata al ardho dalam bahasa arab juga dapat berarti daerah, dataran, tanah atau bisa disingkat dataran tempat manusia berdiri dan berpijak. jadi jelas disini bahwa yang dimaksud al-Quran bukan seluruh bumi tertutupi,  kelihatanya kita perlu memaknai kata-kata dalam al-Quran tidak hanya sebatas terjemahan, karena itu kita perlu tafsir agar dapat lebih memahami al-Quran dengan benar, dan juga tentunya perlu sains heheheheeeee.

https://www.tokopedia.com/sciencephi/etalase/zzz


Apa Kata sains ?????!!!!!


Sains juga tidak kalah serunya membuktikan adanya peristiwa banjir besar Nuh, mereka mulai memeriksa dari kemungkinan ditemukanya sisah puing-puing perahu (bahtera) Nuh, kemungkinan planet bumi pernah mengalami banjir dahsyat yang menutupi seluruh permukaannya, hingga fosil-fosil reruntuhan umat nabi Nuh. Karena didunia barat agama samawi lebih didominasi oleh agama nasrani maka kita akan lebih banyak menyinggung agama kristen, toh ya ta apalah ketiga agama tersebut sesame ibrahimiat, tidak terlampau jauh berbeda.  Kita akan membahas kemungkinan tersebut satu persatu disini :

                           I.            Sisah puing-puing perahu (bahtera) Nuh

Didalam Alquran tidak pernah dijelaskan tentang bahterah nabi Nuh secara terperinci, tetapi didalam injil hal ini dijelaskan secara terperinci, dalam kitab kejadian berbunyi : “Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir, bahtera itu harus kau buat berpetak-petak dan harus kau tutup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah harus kau buat bahtera itu; tiga ratus hasta panjangnya,lima puluh hasta lebarnya, dan tiga puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu samapai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya dari lambungnya, buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas”2. Dengan 1 hasta sepanjang lengan manusia atau 1 setengah kaki, yang berarti besarnya bahtera Nuh sebesar 450 kaki yaitu seukuran tanker super modern atau sebesar tetanik, dan yang pasti bila sumber ini benar perahu ini adalah kapal terbesar yang pernah dibuat dari kayu pada masa kuno. Menurut Tom Vosner seorang pakar perahu purba, tak ada seorang insinyurpun abad 19 yang dapat membuat kapal sebesar itu hanya dari kayu. “masalah pada kapal sebesar 450 kaki adalah dari bahan kayunya yang tak dapat menjaga bentuk kapal, kapal akan berubah bentuk dilaut, kelimannya akan terbuka dan kapal akan tenggelam” tegas Vosner. Jadi dari ukurannya saja menurut ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat lah mustahil5. bagaimanapun juga bukan berarti Nuh tidak membuat kapal, mungkin Nuh membuat kapal tapi dalam ukuran yang lebih kecil karena itu, hal ini tidaklah menyurutkan semangat para “Mujahid” agama yang mencoba membuktikan keyakinannya melalui sains.



https://www.tokopedia.com/sciencephi/etalase/zzz

Pencarian sisah puing-puing bahterapun tetap dilakukan, memang dalam Alquran diterangkan dimana bahtera Nuh terhenti, alQuran hanya berkisah dalam surat Huud ayat 44: “dan difirmankan hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah. Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabu diatas bukit judi, dan dikatakan binasalah orang-orang zalim”. menurut para ulama bukit judi terletak di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia[1][4]. Mesopotamia adalah daerah yang berada diantara sungai eufrat dan tigris yang sekarang meliputi Iraq, Syriah, Libanon, syprus, Palestina, Quait. Saya juga tidak terlalu mengerti bagaimana para ahli tafsir berkesimpulan bahwa letak bukit judi berada disana, tetapi menurut dugaan saya (yang mungkin bisa salah) mereka menentukan posisi bukit judi setelah penelitian di iraq yang akan kita jelaskan nanti.  

Tetapi didalam alKitab diceritakan bahtera Nuh berlabu dipegunungan Ararat yang sekarang Turki bagian timur. Tak terhitung banyaknya pencarian yang dilakukan disana, tapi tak satupun yang memuaskan, masalahnya tak ada kayu yang dapat bertahan ratusan tahun apalagi ribuan, kayu akan lapuk dan rusak dimakan usia. Mulai dari foto satelit, foto pesawat CIA, dan beberapa kayu tua, diajukan sebagai bukti tapi tak satupun yang dibenarkan sebagai sisah puing bahtera itu. Ahli kitab Lloyd Baily telah memeriksa semua klaim dan mendapatkan mereka semua keliru “sangat banyak bukti yang didapat oleh para pemburu bahtera, untuk mendukung bahtera ada disana, namun foto adalah dugaan yang eksis tapi tak dapat ditemukan, artikel-artikel penglihatan adalah dugaan tapi mereka keliru, mereka ingin mampu mendukung alkitab dalam abad keraguan ini, abad rasional modern, dan keinginan itu amat kuat mereka dapat merasionalisasikannya, tak ada bukti yang menunjukkan ada perahu disana, dan juga tak ada bukti bahwa pernah ada disana”5.

Ya mungkin memang nasib perahu itu tak pernah diketahui sampai sekarang atau semua bukti tak lulus uji rasionalitas, tapi bagaimanapun juga kita patut mengacungi jempol bagi para pencari bahtera karena semangatnya dan juga karena pengujian yang dilakukan dengan metode sains modern. Mungkin memang sudah menjadi budaya barat untuk selalu menguji sebuah klaim melalui sains dan teknologi tidak seperti dinegara kita ini, yang hanya menelan bulat-bulat hal yang non rasional seperti itu, azab kubur, tulisan allah dibatu ini kayu itu, ciplakan kaki nabi adam, ya nyiloro kidul lah, ya kolor ijo lah, anak yang dikutuk jadi hewanlah. Weleh-weleh saya hanya dapat menggeleng-geleng kepala, “Apa-ApaaaaaAn inI”.

                        II.            Planet Bumi yang tertutupi oleh air

Bila anda bertemu dengan seorang atheist dan menceritakan pada mereka bahwa bumi dulu pernah tertutupi seluruh permukaannya oleh air dalam peristiwa banjir besar Nuh, maka tidaklah heran bila ia akan tertawa terbahak-bahak, pasalnya untuk menutupi bumi hingga puncak Himalaya dibutuhkan volume air hingga 3 kali lipat dari keseluruhan jumlah air dilaut. Seorang ahli geologi Ian Plimer berkata “kita tahu berapa jumlah air dilaut, kita tahu berapa jumlah air dikedua kutub, kita juga mengetahui berapa jumlah air diatmosfer dan dibebatuan, jika kita satukan semua dimana beberapa kali lipat terjadi pada masa geologis lalu, masih belum cukup membanjiri semuanya. Dan jika seluruh air yang ada dibumipun keluar kepermukaan, maka sebelum keluar sebagai gayser, kulit bumi akan menjadi pasir hisab”5.

 Tetapi seandainya saja banjir besar benar-benar terjadi dalam skala tersebut anggaplah saja air ada karena mukjizat maka Nuh dan keluarganya tetap akan menghadapi masalah baru yaitu jumlah air yang membanjiri bumi akan mengubah atmosfir bumi. “Atmosfir akan dipenuhi banyak uap air didalamnya, begitu banyak sehingga anda akan tenggelam hanya karena bernafas saja, begitu banyak sehingga tekanan atmosfir dapat menghancurkan paru-paru” ujar Plimer lagi5.

Jadi sudah seharusnya kita membuang anggapan bahwa dalam peristiwa banjir besar Nuh seluruh bumi tertutup oleh air karena walau seaindanya pernah terjadi, peristiwa sedasyat itu pastilah sedikit tidaknya meninggalkan sisah-sisah yang dapat dijadikan bukti. Tapi sayangnya tidak pernah ada bukti yang menunjukkan peristiwa ini pernah terjadi. Seberapapun mustahilnya sebuah mukjizat tentulah ada pijakan rasional tentangnya, bila memang mukjizat tersebut pernah terjadi dikosmos kita ini.

                      III.            Fosil-Fosil Peningggalan Umat Nabi Nuh

tablet gilgamesh
Tenang saja semuanya tidak akan berakhir pada kobohongan belaka, kita akan sedikit mendapat angin segar bila anda bersabar membaca penelitian-penelitian yang akan saya kemukakan berikut. banyak kisah-kisah banjir besar yang pernah melanda bumi, mulai dari kisah banjir di India, Burma, China, dan Melayu. Tapi mungkin yang paling menyerupai dengan kisah banjir Nuh adalah kisah banjir topan Sumeria dan Babilonia. Hingga akhir abad lalu, masyarakat meyakini bahwa taurat merupakan sumber paling awal yang menginformasikan kisah banjir besar. Namun penemuan-penemuan modern berhasil membuktikan bahwa itu adalah ilusi belaka. Ini terjadi setelah tahun 1853 terungkap naskah berbahasa Babilonia yang menginformasikan banjir topan. Pada rentang waktu antara tahun 1889 sampai 1900, delegasi kepurbakalaan Amerika pertama yang melakukan penelitina di Irak, mengungkapkan lembar tanah liat yang memuat kisah Sumeria tentang banjir topan dikota Nippur (Nuffur di Irak). Terlihat dari stempel pada tulisan tentang kisah Sumeria bahwa kisah ini berasal dari masa yang mendekati masa, Hamurabi raja Babilonia yang terkenal. Meskipun bias diyakini bahwa kisah itu terjadi sebelum masa Hamurabi6. Pada tahun 1851, arkeolog Inggris Sir Henry Layard menjelajahi reruntuhan pustaka Niniwe Babilonia, ia menemukan ratusan tablet tanah dengan berbagai macam ukuran dan bentuk. Yang kemudian diabaikan di Britis museum hingga bertahun-tahun. Hingga pada tahun 1872 seorang asisten museum George smith berusaha mengartikan dan merupakan orang pertama yang dapat membaca tablet tersebut, Ia menemukan kisah epic Gilgamesh yang menyerupai kisah Nuh. Sejak saat itu banyak penelitian dilakukan di Irak, ditemukan banyak tablet berkisah epic semacam itu, semua epos itu ditulis pada tahun yang berbeda, tetapi semua peristiwa banjir besar Nuh merujuk pada 5000 tahun yang lalu. Kisah epic yang paling tua adalah epic atra-hasis yang ditemukan oleh Allan Millard5

 Dalam Epos Sumeria dikatakan ada seorang Raja bernama Ziusudra yang taat pada Tuhan atau Dewa, ia mendapat berita tentang keputusan para dewa untuk mengirimkan banjir topan yang akan menyapu bersih bumi, dalam kisah itu Ziussudra juga digambarkan sebagai seorang yang menjaga spesies umat manusia, ia juga membuat kapal untuk menyelamatkan manusia persis seperti kisah Nuh6. Dalam kisah epos Babilonia diceritakan kisah epos Gilgamsesh, pada tanggal 3 desember 1872, Sydney Smit mengumumkan keberhasilannya dalam menghimpun serpihan yang tersebar dari epos Gilgamesh bagian perbagian yang tertulis dalam 12 lembar. Kisah epos ini juga sangat mirip dengan kisah Nuh. Selain itu Babilonia juga memiliki kisah epos Berosus, Berosus adalah merupakan salah satu rahib Tuhan Marduk, ia hidup pada masa Raja Antigonus I (280-260 SM). Dalam tulisan sejarah negaranya ia juga  menceritakan seorang raja bernama Xisuhras yang memiliki kisah sangat mirip dengan kisah Nuh6. Kisa hanyalah sebuah kisah, kita tentunya tidak perlu percaya bila Firaun adalah titisan dewa Ra matahari seperti yang dituliskan dalam dinding Piramida, haruslah ada penelitian arkeologi untuk mendukungnya bila kita memang ingin menganggap kisah banjir ini pernah terjadi. 

Yap, memang penemuan ini memicu penelitian arkeologi untuk membuktikan apakah benar banjir besar pernah terjadi di Sumeria atau Babilonia atau yang sekarang Irak. Sudah banyak delegasi kepurbakalaan yang melakukan penelitian didataran Rafidin untuk membuktikan adanya banjir besar, Hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa daerah Rafidin merupakan daerah yang sebagian besar penduduk Sumeria tinggal disana memang pernah mengalami banjir besar. Banjir ini terjadi di kota utama di Rafidin yaitu Ur, Erech, Shurupak dan Kish sekitar tahun 3000 SM6

Kota Ur sekarang dikenal sebagai Tall al Muqayar (Tell al-Obeid). Peradapan ini sudah ada sejak 7000 SM.. Pada tahun  1931 sebuah tim arkeologi yang dipimpin oleh Leonard Wooley dan istrinya Katherine dan salah satu anggotanya adalah Agatha Christie sang novelis, penelitian ini dibiayai oleh Museum Inggris dan Universitas Pennsylvania, mereka mengungkapakan bahwa mereka menggali suatu pemukiman yang berusia 5 sampai 6 ribu tahun yang lalu. Mereka mendapati lapisan yang hanya dapat diendapkan oleh air, diketahui juga bahwa lumpur yang mengendapkannya dibawa oleh air sungai, lapisan ini amat besar yang menjadi bukti kuat bahwa setidaknya 3 kota terkena banjir seperti kisah epic Babilonia. Mereka melakukan penggalian sampai di bawah permukaan tanah, hingga kedalaman 10 kaki mereka mendapati petunjuk adanya pemukiman manusia. Penelitian mikroskopis pada timbunan batu mulia yang berada dibawah anak bukit di kota Ur dalam kondisi tertimbun menunjukkan akibat banjir. Wooley berkata bahwa hanya banjir yang memungkinkan terjadinya timbunan yang terletak dibawah anak bukit di kota Ur[5][6]. Kota kish yang sekarang Tall al Uhaimar, juga menunjukkan adanya timbunan yang diakibatkan banjir7. Kota Shuruppak juga merupakan bagian penting dari peristiwa banjir besar ini, kota yang berada disebalah selatan Rafidin sekarang dikenal dengan Tall al Farah. Penelitian dipimpin oleh Henri de Genouillac juga dari Universitas Pennsylvania pada tahun 1920 sampai 1930 mengungkapkan adanya hal senada bahwa banjir besar memang pernah terjadi[6][7].

banyak gunung yang diberi nama Judhi di Arab
Eeet tunggu dulu, jangan terburu senang dulu, sains tetaplah sains yang entah mengagamisasikan rasionalitas atau saya yang memang kurang referensi sehingga tidak terlalu yakin dengan metode yang mereka lakukan, mereka para aliran rasionalis mengatakan bahwa kisah Nuh dalam AlKitab dan yang pada akhirnya AlQuran merupakan pencontekan dari kisah epic Babilonia yang terlebih dahulu sudah dibumbuhi mitos. Ketika para pemuka yahudi yang diasingkan ke Babilonia abad ke 6 SM, mereka  menulis ulang kisah Babilonia dan menjadikannya merupakan bagian dari kisah dalam kitab suci mereka. Selain itu para aliran rasionalis juga meyakini bahwa Nuh adalah pedagang yang mebuat perahu yang digunakan untuk memasukkan tanaman seperti gandum dan hewan-hewan untuk diperjual belikan, karena untuk berdagang dari shuruppak ke Ur lebih murah membawa kargo lewat sungai dari pada caravan didarat seperti kisah dalam Gilgamesh, bukan seorang pemberi peringatan seperti dalam Alquran atau petani anggur seperti dalam Alkitab. Tetapi tetaplah banyak keganjilan dalam kesimpulan itu, Mesopotamia bukanlah daerah tropis sehingga seharusnya tidaklah mungkin dapat menghasilkan curah hujan yang mengakibatkan banjir sedahsyat itu, mereka mengungkapkan bahwa jika badai ANEH bertemu dengan salju dari pegunungan armenia yang mencair ditambah dengan banjir musiman maka dengan mudah sungai eufrat membanjiri Mesopotamia, namun tetap kemungkinan banjir sebesar itu di Mesopotamia adalah 1 tiap 1000 tahun5 (kata kemungkinan menunjukan peluang bukan terjadi setiap seribu tahun). Kita lihat disini ada keserupaan antara apa yang dikatakan al-Quran dengan sains, didalam al-Quran dikatakan juga bahwa air dari langit maupun dari tanah semua keluar dan bertemu untuk membanjiri kota-kota tersebut.  

           Pada akhirnya terserah pembaca mau mempercayai kisah Nuh sebagai mukjizat tuhan atau menganggapnya hanyalah epic macam tangkuban perahu yang telah dibumbuhi mitos-mitos dan takhayul, atau bahkan mungkin banyak diantara para pembaca berfikir “untuk apa berusaha membuktikan kisah Nuh, itu adalah mukjizat dari tuhan yang tentu saja jauh dari pemahaman atau nalar kita, dan saya percaya sepenuhnya pada kisah Nuh tanpa pembuktian sama sekali”. Tetapi menurut saya suatu yang diyakini tanpa penalaran adalah suatu yang berbahaya dan dapat menjerumus pada kebodohan, bukankah agama talah banyak dikotori oleh peristiwa teroris, pembunuhan dan peperangan atas nama tuhan. Sudah saatnya kita kembali mensucikan agama dengan memasukan logika dan akal, anugrah terbesar umat manusia.  


Referensi :
1.   Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H. dkk. Alquran dan Terjemahannya. Komplek Percetakan Alquran Khadim AlHaramain asy Syarifain raja Fadh, dibawah pengawasan Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabiah. 1411 H. Madinah.
2.     Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Bergambar.2008.Jakarta.
3.    Drs. Endang Sofyan dkk. Terjemahan alQuran Kata Perkata II. PT. Prima Heza Lestari.2005. Jakarta.
4.  Ust H. Muhammad Saifudin, Lc.,M.Ag, dkk. Syaamil AlQuran Miracle The Reference. Sygma Publishing. 2010. Bandung.
5.     Jeremy Bowen dkk. Noah and the Great Flood. BBC. 2004.
6.    Dr. Magdy Shehab dkk, Kemukjizatan Fakta dan Sejarah Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadist 1. PT. Sapta Sentosa. 2009. Cairo-Egypt.
7.    Jacob E Safra, Britanica Micropedia Ready Reference jilid 6.2002. Ensiclopedi Britanica Inc. Hal 893, lema “kish”. Hal 772, lema “shuruppak”.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar