Percayalah ini adalah tulisan
saya yang paling angker, paling menakutkan, dan juga paling mendebarkan, sebab
kita akan tahu disini bukan hanya manusia atau bintang yang berefolusi tetapi
juga Tuhan dan perangkat-perangkatnya. Karena takut kalian kabur, saya coba
untuk meletakkan pertentangan argumen dari apa yang akan dikatakan sains nanti diawal
blog ini :
1. Banyak
alur-alur logika yang saya kemukakan dibawah sebenarnya terlihat begitu masuk
akal, tetapi bagaimanapun baik dan indahnya sebuah teori, bila tidak didukung
dengan bukti-bukti empirik hanyalah sebuah teori. Mirip dengan mitos-mitos
psikologi, mungkin anda pernah dengar tentang ilmu grafologi, grafologi adalah
ilmu yang mempelajari karakter seseorang melalui tulisan tangannya. Setelah
dipelajari dan dilakukan penelitian ulang ternyata diketahui bahwa ilmu ini
tidak berhasil memberikan kesimpulan yang akurat, sekarang kita mengetahui
bahwa grafologi hanyalah speudosains. coba googling saja betapa banyaknya orang
yang tertipu dengan ilmu ini, hanya karena terlihat begitu masuk akal, kita
mencoba menerimanya dengan seksama. Tetapi pernahkah terpikirkan oleh kita
bahwa ada manusia yang mengalami sensasi lintas modal yaitu sensasi yang
melewati lebih dari satu indra. Mereka ini dapat mendengar suara tertentu
ketika melihat warna tertentu, mencium sesuatu ketika mendengar suara tertentu7.
Ini terlihat sama sekali tidak masuk akal tetapi ini benar. Begitulah kenyataan
terkadang lebih aneh dari imajinasi kita.
https://www.tokopedia.com/sciencephi/etalase/zzz |
2. Bila
memang kekuatan-kekuatan anonim atau boleh juga kita meminjam kata ‘Tuhan’
tidak ada, apakah mungkin manusia sebodoh itu mau-maunya mengadopsi pikiran
yang tidak berguna. Coba bayangkan seekor kucing yang sedang bermain-main
dengan kecoa, setelah kecoa mati, sikucing akan meninggalkan kecoa itu karena
bosan. Begitu pula manusia, tentu saja dalam kehidupannya ia akan mengetahui
bahwa kegagalannya lebih banyak dibanding kesuksesannya, apakah mungkin ia akan
terus berdoa tanpa adanya respon dari Tuhan, terlalu naif menurut saya kalau
berkata bahwa kontak Tuhan dengan manusia hanya diartikan sebagai delusi dan
mainan pikirannya, sedangkan kontak tersebut terlihat begitu aneh dibandingkan
pengalaman biasa, datang pada saat yang ganjil dan berpengaruh kuat bagi
kehidupan manusia itu sendiri.
3. Bila
kita mencoba mempelajari banyak agama-agama didunia mulai dari apa yang bisa
dikatakan agama primitif hingga sekarang, kita akan mendapati keserupaan
prinsip. Mulai dari prinsip jiwa/roh yang kemungkinan memiliki usia yang sama dengan
ritual religius itu sendiri, hingga prinsip ketuhanan. Misalnya beberapa suku
indian di Amerika dalam keluarga Sioux, mempercayai kekuatan tertinggi yang
mereka sebut wakan, mereka mengatakan wakanda tidak dapat dipersonifikasikan,
tidak dapat bisa diindentifikasikan dengan sifat dan kualitas spesifik, dan
tidak ada istilah yang dapat menggambarkan keseluruhan makna kata yang berlaku
untuknya5. Wakan serupa dengan Yahwe dalam agama Yahudi, Jupiter
dalam agama Romawi kuno, dan Allah dalam agama Islam. Memang beberapa suku
telah mencapai kosepsi dewa-dewi walau bukan dalam bentuk tunggal, namun hampir
pasti ditemukan satu Tuhan yang paling tinggi.
Bila dipelajari lebih lanjut agama totem di Australia yaitu agama yang
menyimbolkan binatang atau benda tertentu yang dianggap sakral ke dalam garis
keturunan bukanlah agama yang menyembah dewa-dewi binatang itu, tetapi
dewa-dewi tersebut sebagai lambang titik tuju pemujaan, mirip agama kristiani
yang mengadopsi trinitas. Jadi bila perangkat-perangkat ini diambil maka yang
tersisah hanyalah kekuatan anonim (Tuhan) yang elastis masuk kedalam semua
agama. Sedangkan penjabarannya berupa patung, hewan, dan benda-benda hanyalah
usaha manusia ketika berusaha menerjemahkan kekuatan ini dalam bentuk
objek-objek dapat dilihat atau digambarkan.
Selanjutnya kita masuk ke apa kata Islam terlebih dahulu
Selanjutnya kita masuk ke apa kata Islam terlebih dahulu
Apa Kata Islam
ولو انما ف الأرض من سجرة أقلمن و
البحر يمدوه
من بعده سبعةابحر ما نفدت كلمتلة
الله عزيزٌ حكيمٌ
Artinya : Dan seandainya
pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya
7 laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat allah (ilmu Allah dan hikmahnya). Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Luqman : 27)
So, kalau memang ilmu Allah
banyak trus mengapa kita takut untuk mencarinya dan bukankah Tuhan pernah
berkata dalam hadist Qudsinya :
Aku adalah khazanah tersembunyi,
kemudian Aku ingin dikenal, maka aku ciptakan mahluk supaya aku dicari (Hadist
Qudsi)*.
Demikian lah hiburan yang saya
sampaikan, mudah-mudahan teman-teman mau melanjutkan membaca, tapi kalau anda
belum bisa menerimanya, maka ya silakan tutup blog ini dan masuk kekamar kunci
yang rapat, tidur dan berkemulah. Saya rasa dengan begitu paham-paham baru
tidak akan menyentuh anda. Nah sebelum membaca lebih lanjut ada satu permintaan
saya, tarik lah nafas anda dalam-dalam dan kencangkan sabuk pengaman karena jet
coster akan segera dimainkan.
Apa Kata Sains
Untuk selanjutnya kita akan
menggunakan kata Tuhan bukan seperti orang-orang beragama kebanyakan
pahami, sains mencoba mencari pendekatan yang dapat dijangkau oleh
fisik/material sehingga cara terbaik untuk mendeteksi dan mengukur Tuhan adalah
dengan melihat fenomena yang dapat dilihat dan dipelajari seperti fosil baik
berupa patung, lukisan, atau berupa kebiasaan atau ritual dari masyarakat,
karena itu singkat kata kita akan menerjemahkan kata Tuhan disini sebagai Tuhan
dan perangkat-perangkatnya seperti roh, dewa-dewi, dan juga hukum-hukumnhya.
Tidak
ketahui jelas apakah memang ritual religius hanya terjadi pada manusia,
beberapa pakar mengatakan bahkan hewan sekalipun menunjukkan indikasi ritual
religius seperti kesedihan dan merasa kehilangan ketika teman atau keluarga
sespesiesnya meninggal dunia. Salah satu contoh yang paling jelas adalah gajah,
merupakan mamalia darat yang memiliki ikatan emosianal tinggi dianatara sesamanya.
Bila seekor gajah meninggal gajah lain terlihat meraung-raung keras, menutupi temannya yang telah meninggal dengan
daun dan mereka juga akan menunggui simayat hingga beberapa hari1. Tetapi
yang jelas para pakar sepakat bahwa Homo Neaderthal menunjukkan bukti yang
cukup banyak tentang adanya penguburan, ini dapat dilihat adanya fosil
tulang-tulang yang bertumpuk disertai dengan beberapa perkakas dan tulang
binatang2. Penguburan ini menunjukkan bahwa H. Neaderthal merasakan
kehilangan dan menghormatan terhadap temannya yang telah meninggal, dan
kemungkinan besar mereka mempercayai adanya kehidupan setelah kematian.
Sedangkan sejarah manusia atau H. Sapien sendiri aktifitas semacam ini dapat
dideteksi terjadi sekitar 100.000 tahun yang lalu, fosilnya ditemukan didaerah
Qafzeh Israel2. Dugaan logika yang dapat diambil dari aktifitas
penguburan seperti ini ialah bahwa manusia atau spesies tersebut mengalami
kehilangan yang amat dalam dari meninggalnya saudara atau teman sehingga dalam
teori pertentangan kognitif, manusia mencoba mengurangi stress tersebut dengan
menciptakan semacam delusi adanya kehidupan selain kehidupan saat ini, ini lah
yang kemudian menjadi akar adanya paham-paham seperti surga, neraka, kehidupan
dialam kubur dan juga reinkarnasi.
Bleg!!
Jantung anda kelihatannya berhenti berdetak sesaat dan kortisol anda secara
singkat bekerja, tapi tenang ini baru pemanasannya. KikikikikiiKiiii….(maaak
lampir mode on).Sebelumnya Perlu diketahui bahwa sains memiliki sifat untuk
menyederhanakan data-data yang mereka dapatkan sehingga mencapai kesimpulan
yang dapat diterima logika. Coba lakukan
uji coba sederhana kumpulkan seribu orang atau beberapa ratus orang dan suruh
mereka berjejer tersusun dan berakhir pada percabangan 3, berbisiklah pada
orang yang berada pada ururtan pertama beberapa kata, kemudian suruh orang
pertama berbisik kata tersebut pada orang ke dua dan seterusnya. Pada akhirnya
pada 3 percabangan akhir kita hampir dipastikan mendapatkan kata yang berbeda
dengan kata pertama yang kita bisikkan, dan tentunya bila kita memasang juga
seseorang yang tidak mengetahui kata tersebut sedari awal kemudian orang ini disuruh
menebak kata awal yang dibisikan dengan hanya diberi tahu kata-kata terakhir
dari percabangan tersebut, tentulah ia harus menelusuri kembali jalur-jalur
bisikan tersebut6. Disana lah dapat ditarik logikanya bahwa hampir
dalam seluruh tatanan sains kita mendapati kesederhanaan ini, mulai dari evolusi
mahluk hidup hingga bigbang, kita mendapati bukti yang cukup akurat bahwa
kesederhanaan alam ini bukan hanya asumsi pikiran kita tetapi juga fakta yang
didukung oleh banyak bukti. Demikian pula paham-paham keagamaan walaupun tidak
sesederhana percobaan kita diatas karena paham ini menyebar beberapa ribu tahun
dan melalui berbagai macam perubahan akibat lingkungan dan manusia itu sendiri,
bila kita ingin mendapatkan kesejajaran logika, kita perlu berasumsi bahwa
paham-paham tersebut dapat disederhanakan berasal dari paham yang lebih tua/awal/primitif.
Agama selanjutnya
adalah animisme yaitu penyembahan roh-roh. Bukti-bukti tentang animisme masih
terdapat pada banyak kultur dan berbagai macam kebudayaan hingga sekarang.
Contohnya adalah kebudayaan kita, yang menganggap roh orang mati masih dapat
berinteraksi dan bergentayangan3, dalam kebudayaan suku indian di
Amerika utara didaerah algonquin, memiliki kebiasaan membakar tepi mayat anak
yang telah meninggal agar roh mereka kembali ke ibu dan dilahirkan kembali5.
Keberadaan roh dan penyembahannya menurut teori diduga disebabkan oleh adanya kehidupan
ganda keseharian manusia, yaitu pada saat terjaga dan pada saat tertidur. Pada saat
manusia tertidur kita sering mengalami sebuah mimpi, menurut pakar
animisme manusia mencoba mengobjektifkan pengalaman mimpi-mimpi itu. Maksudnya
ketika dulu manusia primitif bermimpi pergi kesebuah negri mereka benar-benar
merasa bahwa mereka pergi kesana. Ketika mereka terbangun mereka mendapati lagi
bahwa mereka berada ditempat mereka tidur sebelumnya, dari sinilah muncul
konsep roh yaitu bagian lain dari tubuh manusia yang tidak terlihat dan non
material menembus ruang, waktu dan menggerakkan. Dari prinsip inilah muncul
juga paham-paham adanya roh dalam semua agama, termaksud Islam.
Belum diketahui jelas
manakah yang lebih dulu ada apakah animisme ataukah naturisme. Naturisme adalah
agama yang melakukan penyembahan terhadap kekutan alam. Ketika manusia semakin
berkembang mereka mencoba melogikakan kejadian disekitar mereka, dengan
berfikir adanya suatu prinsip sebab akibat secara kasar, mereka (orang-orang
dahulu) berusaha memunculkan adanya sosok yang mengatur alam semesta, pikiran
semacam ini adalah hal yang mudah untuk dipahami. Bila kita menganggap animisme
hadir terlebih dahulu, maka manusia primitif yang telah mengakui adanya
dualitas jiwa yang menggerakan badan, merekapun mulai menganggap bahwa tentu
benda-benda juga terdiri dari dualitas ini. awan digerakan oleh suatu jiwa yang
mendorongnya untuk menurunkan hujan, menurut logika mereka, roh atau jiwa dari
awan inilah yang mengatur menyebabkan adanya hujan. kalau roh tubuh dapat
menggerakkan tubuh secara logika sederhana, peredaran bintang, aliran air, dan masa
panen pun juga disebabkan oleh roh-roh benda-benda itu sendiri, bila sebuah
benda didorong maka ia dapat bergerak begitu pula matahari tentu ada semacam
sosok yang tak terlihat yang menggerakkannya. Dari situlah muncul
penyembahan-penyembahan dan penghormatan dari kekuatan alam.
Logika yang masih
mentah ini masuk dalam agama-agama besar terkemudian sebagai Tuhan yang
personal, hal ini dapat dilihat dari inspirasi yang digunakan untuk memberi
nama dewa-dewi. Dalam kitab veda dewa agni nama salah satu dewa utama orang
india, berarti api. Dan kemudian kata ignis dalam bahasa latin, ugnis dalam
bahasa lituania, dan ongi dalam bahasa slvogniy kuno, begitu juga dengan Dyaus
dalam bahasa sanskrit, zeus dalam bahasa yunani, dan jovis dalam bahasa latin
dan zio dalam bahasa jerman tinggi berhubungan dekat dengan kata api5. Kemungkinan lainnya naturisme juga masuk dalam agama Islam sebagai Tuhan pengatur
alam semesta dan atau juga para malaikatnya yang menjadi pendamping untuk
mengatur kekuatan alam.
Yang selanjutnya
pasti ada dalam semua agama adalah doa, dalam kebiasaan suku-suku primitif
begitu banyak didapat ritual-ritual yang digunakan untuk meminta kepada Tuhan
atau dewa dengan tujuan hampir sama dan sederhana agar para Tuhan dan Dewa
menururti keinginan manusia. Dalam agama totem (kesakralan sesuatu dilambangkan
dalam marga keluarga atau suku) di Australia ritual ini dapat berupa
nyanyian-nyanyian, penyiksaan diri dengan mengucurkan darah ke batu atau dengan
melukai diri sendiri. Tidak terlalu jelas mungkin keserupaan dari ritual ini
tetapi diketahui bahwa ritual tersebut bertujuan untuk menyerupai benda atau
hewan yang dianggap sakral atau memiliki kekutan tertentu. Misalnya dengan
mengucurkan darah ke batu pada suku Dieri, adalah suatu ritual untuk menurunkan
hujan, mereka membayangkan hujan yang turun dengan darah dan awan digambarkan dengan bulu-bulu putih5.
Kemudian contoh lainnya adalah nyanyian-nyanyian peniruan suara-suara hewan
tertentu dengan harapan agar hewan-hewan tersebut berternak. Dalam agama yang
lebih maju seperti agama samawi kita juga mendapati hal-hal serupa, ritual
seperti bersedekah adalah peniruan dari sifat Tuhan yang kita anggap Maha
pemurah, dan bukankah kita diharuskan untuk memiliki keyakinan apabila berdoa,
ini adalah salah satu peniruan dari sifat Tuhan karena Tuhan dalam agama samawi
adalah Tuhan yang maha berkehendak.
Tentu saja dalam
semua agama ada doa yang terkabul dan ada doa yang tidak terkabul. Beberapa
pakar berkata bahwa ketika doa tidak terkabul alih-alih menyalahkan logika
mereka tentang keberadaan kekuatan diluar diri mereka, suku-suku primitif
menganggap kesalahan diarahkan pada tidak sempurnanya ritual atau campur tangan
dewa musuh. Bila doa terkabul yang dapat dilihat kebanyakan terjadi karena
memang masa hujan atau masa panen telah dimulai. Keserupaan ini dapat dilihat
juga dalam agama yang lebih maju, kita sering melihat dalam agama kita sendiri,
bila seseorang tidak terkabulkan doanya alasan-alasan seperti kurang khusu,
kurang banyak memuji Tuhan, kikir, atau tidak berbakti pada orang tua, banyak
dibuat (Tuhan yang banyak beralasan), tidak serta merta lantas kita benturkan
kesalahan tersebut pada pikiran kolektif
kita tentang keberadaan Tuhan. Namun apapun bentuknya yang jelas yang
menyebabkan ritual ini terus bertahan adalah ketenangan jiwa, bukan semata-mata
perubahan fisik yang diinginkan, gerakan peniruan yang tidak bermakna ini
seperti menghidupkan diri mereka sendiri (meme) terkait erat dengan keadaan
jiwa penganutnya dan sistem moral yang dibangun masyarakat. Coba bayangkan bila
kita melakukan serangkaian ibadah kita akan merasa begitu tenang, dan ingat
pula ritual penyembelihan Qurban pada hari raya idul adha, kita diharuskan
memberikan hasil qurban kepada masyarakat yang kurang mampu, inilah yang saya
maksud ketenangan jiwa dan tatanan moralitas, dan yang perlu diketahui adalah
hal semacam ini ada dalam semua agama, termaksut agama suku-suku primitif di
Australia dan Amerika.
Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir)
dan
jangan pula terlalu mengulurkannya (terlalu pemurah)
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal
(QS.
Al-Israh :29)
Karena mereka
mempersonalkan kekuatan tersebut, kekuatan ini menjadi sesuatu yang begitu
misterius yang memiliki kekuasaan terhadap manusia tetapi tidak sebaliknya
karena itu lah muncul penghormatan dan perayuan. Ditambah lagi dengan tekanan
sosial yang dapat dirasakan melalui jaringan-jaringan mental yang bergerak melalui sistem yang kompleks.
Tentu saja masyarakat awam tidak mengetahui bahwa pengadilan ini terdapat pada
diri mereka sendiri yang berupa hukum moral dan sosial masyarakat. Lebih tepat
lagi manusia tidak dapat sampai pada satu ide tentang dirinya sendiri sebagai
suatu kekuatan yang hanya mengandalkan tubuh kasarnya saja tanpa terlebih
dahulu memperkenalkan konsep yang dipinjam dari kehidupan sosial. Dalam hal ini
sistem sosial masyarakat seperti satu jiwa. Dalam agama totem kita mendapati
juga hal yang serupa dengan persaudaraan dalam agama Islam, totem adalah sumber
kehidupan moral sebuah masyarakat. Berburu totem binatang tertentu yang
dilarang dan akan mendapat kutukan, juga peminjaman alat-alat yang dianggap
sakral dari satu marga ke marga lain dilakukan dengan upacara tertentu, dan
yang lebih jelas lagi totem adalah nama marga yang merupakan garis keturunan
darah dan perkawinan. Mereka terikat satu sama lain dalam ikatan moral yang
berkewajiban untuk saling tolong menolong, balas dendam, singkat kata pertalian
darah atau orang seagama bersaudara.
Hal ini juga dapat
menyebabkan extrimisme, kita mengetahui jelas bahwa semua agama memiliki unsur
ini. itu wajar saja bila salah satu
warga terbunuh apalagi karena warga yang tidak seagama mereka akan merasa berkewajiban
untuk membalasnya, dorongan ini disebabkan juga karena pengaruh agama, karena
hohohohooo, kelihatannya karena kesalahan prinsip ‘bukankah Tuhan akan menolong
kita bila kita menolong agamanya’. Dan yang lebih sering lagi apabila terjadi
penyerangan terhadap apa yang mereka anggap kebenaran juga merupakan tindakan
penghancuran atau olok-olok kepercayaan dan agama meraka, hal ini terjadi
seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa kekuatan moral yang mereka adopsi dan
terus mereka perbaiki dengan ritual seperti telah dikoyak. Karena kekuatan ini
hidup dalam sistem moral berusaha merubahnya berarti berusaha menghancurkan
sistem tatanan moral dan masyarakat itu sendiri. Bila kita bertanya pada orang
primitif mengapa ia melakukan penyembahan semacam itu mereka akan menjawab
karena nenek moyang mereka telah melakukannya. Demikian juga dalam Islam,
pernah dalam suatu perdebatan tentang evolusi Darwin saya berhasil mendesak
teman-teman bahwa evolusi itu ilmiah, mereka seperti mengamuk dan bahkan ada
diantara mereka yang berkata ‘he mi darah lo halal diminum’ saya terbengong-bengong
loooh kok jadi begini, bukankah saya seorang muslim juga dan apakah ada aturan
dalam agama Islam untuk meminum darah orang lain?????? Karena mereka selalu
mendasarkan perdebatan pada al-Quran dan apa yang mereka percayai karena itulah
dalam perdebatan itu, seperti saya telah merusak tatanan moral dan jiwa yang
mereka anut.
Keserupaan ini
seperti manusia memandang emas, emas hanyalah sebongkah batu yang nilainya
ditentukan karena kelangkaannya dan dalam imajinasi manusia. Batu ini juga
hidup dalam sistem ekonomi yang dibangun manusia, kita menetapkan standar nilai
mata uang dari emas ini dan pada akhirnya kita mendapati kita terperangkap
dengan imajinasi ini dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi peran agama lebih dari
itu, ketika manusia ribut dengan hingar bingarnya materialisme mau tidak mau
paham ini harus memperbaharui dirinya sendiri dengan ritual dan ibadah dengan
mengingatkan manusia tentang keberadaannya, dari sanalah datangnya
ketenangan. Dengan menghentikan
aktifitas keseharian sementara manuisa mencoba merelaksasikan dirinya sekaligus
memperbaharui meme ini. menjauh dari kehidupan profan adalah alat untuk
membebaskan dirinya dari kepekatan materialisme. Dan manusia yang berhasil
lepas darinya bukan hanya ilusi kosong karena meyakini bahwa bahwa ia telah
dianugrahi semacam kekuatan untuk menguasai segala sesuatu, karena berhasil
mengabaikan alam berarti dia berhasil lebih kuat dari alam itu sendiri. Kita
dapat melihat seperti para ahli yogi, para sufi, adalah orang-orang yang suci
karena berhasil mendisplinkan secara asketik diri mereka melalui rangkaian
ibadah dan larangan.
Beberapa pakar mengatakan bahwa fenomena
religius adalah fenomena pertama yang menimbulkan ketenangan ketika manusia
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari keruhnya kehidupan profan, dari situ
munculah seni seperti musik, lukis, dan hingga sekarang munculah rekreasi
seperti ancol, dugem, tv dan game serta kesenangan-kesenangan serupa yang pada
dasarnya adalah berfungsi sama yaitu mengurangi stress akibat rutinitas kehidupan
sehari-hari. Bahkan lebih dari itu yang mencengangkan adalah ilmu pengetahuan dan
sihir juga merupakan hasil perpisahan secara sekuler dari fenomena religius
ini. Sihir adalah cara seseorang yang berusaha untuk menjadikan sesuatu seperti
yang diinginkan manusia melalui cara yang tidak rasional, mirip dengan cara
agama ketika berdoa. Dan metode ilmiah dalam sains bagaimana mungkin ini
berasal dari agama?. Yaaa!!! Kita dapat berkata bahwa sainspun berasal dari
agama, bukankah agama juga berusaha untuk menjelaskan bagaimana alam bekerja
ketika ia menyadari adanya proses sebab akibat, ketika seseorang bijak kuno
menjelaskan sesuatu seperti misalnya kekuatan Tuhan dan dewa-dewi, ia perlu
menjelaskan hal tersebut pada objek-objek yang dapat dilihat sebagai
kesepakatan misalnya ketika seorang suci berkata ‘lihatlah cicak itu, Tuhan
saja memberi makan pada cicak itu, bila cicak saja diberi makan, tenang saja
pastilah kamu juga diberi makan oleh Tuhan’ dalam agama ada rangkaian sebab
akibat yang coba untuk dijelaskan dan percontohan sesuatu pada sesuatu yang
dapat dilihat secara bersama. Dari situ pula para pakar berkata munculah metode
ilmiah dan paham materialisme yang menjadi pondasi sains, bahwa sebuah teori
yang benar harus didukung oleh rancangan percobaan yang dapat dibuktikan oleh
semua kalangan atau objektifitas.
Terlepas dari semua
itu hendaknya kita tidak terlalu gegabah mengatakan bahwa Tuhan hanyalah sebuah
rangkaian meme (paham) yang hidup dalam imajinasi kita dan kita terlanjur
terperangkap didalamnya. Bisa jadi ia sengaja menciptakan hal-hal tersebut
sebagai sebuah proses bagi mahluknya untuk dapat mengenalNya, untuk sebagai
bahan ujian bagi mahlukNya, pertempuran antara baik dan buruk, dewa baik dan
jahat, hidup dan kematian, sehat dan sakit, iblis dan malaikat, merupakan
tatanan moral yang sengaja diciptakanNya, dan memang kita dapati dalam semua
agama. Bila kita sering melihat kemenangan antara kebaikan dan kejahatan,
kekuatan cahaya dan kegelapan dalam mitos-mitos tersebut mungkin memang karena
hal ini juga terjadi dalam kehidupan nyata, seandainya saja hubungan antara
kekuatan-kekuatan ini dibalik kehidupan pasti menjadi tidak mungkin, dan adakah
sebuah negara atau tatanan masyarakat yang dapat bertahan tanpa moralitas.
Tidak terlalu
mengherankan sebenarnya bagi saya bahwa agama totempun didapati bahwa ‘Tuhan’
berinteraksi dengan manusia dengan sebuah pengalaman pribadi yang bermakna bagi
kehidupan sipenganut, ini diberi nama totem pribadi, mirip ketika seorang
penganut kristen mendapati penampakan Yesus atau Bunda Maria, atau patung dewa
Hindu yang tangannya bergerak, yaa kita mendapati hal-hal ganjil ini dalam
semua agama. Bila Tuhan hanyalah
imajinasi dan delusi pertanyaannya, bagaimana mungkin kita mendapatiNya begitu
bermakna bagi kehidupan sosial dan pribadi kita. Nah sekarang apakah anda dapat
mengambil kaitan antara ini semua dengan pertentangan argumen yang saya
kemukakan diawal tadi, bila anda penasaran silakan putar mous anda keatas dan
baca lah sekali lagi, karena menurut saya disanalah kesimpulannya. Tetapi
sebelumnya ‘terimakasih karena telah membaca’.
Keterangan :
*Sebenarnya saya tidak mengetahui jelas apakah Hadist ini shohih atau tidak.
Keterangan :
*Sebenarnya saya tidak mengetahui jelas apakah Hadist ini shohih atau tidak.
Sumber :
4.
primitive
culture research iton development of mythology, philosophy, religion, art and
custom. Edward B. Tylor. Ebook nya ini : http://www.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=RUMBAAAAQAAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=animism+religion+evidence&ots=XXr_fwMYiR&sig=hAtIeusseNFNzqR8q4i5Bmp9kK0&redir_esc=y#v=onepage&q=animism%20religion%20evidence&f=false
5.
Emile
Durkheim. The Elementary Forms of the Religious Life. Ircisod. Jogjakarta. 2011
6.
Tentang
meme silakan baca juga di Prof. Richard Dawkins. The God Delusion. Black Swan.
London. 2006. Dan juga Richard Brodie. Awas Virus Akal Budi Ganas. KPG.
Jakarta. 2005.
7.
Scott
lilienfeld., dkk. 50 mitos keliru dalam psikologi.B First.Bandung.2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar