Apa Kata Islam ????!!!!!!
Kisah
banjir besar Nuh banyak disebutkan dalam Alquran, tapi kita akan
membahas surat Alqomar ayat 11 sampai ayat 13 yang menurut saya paling
penting untuk diketahui disini. Dikatakan dalam ayat tersebut
kira-kira isinya adalah sebagai berikut :
ففتحنا أبواب سماء بماء منهمر (١١) وفجرنا الارض عيونا فالتة الماء على أمر قد قدرل (١٢) حملنه ع ذات الوحي ودوسري (١٣)
Artinya :
Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.(11) Dan kami jadikan bumi memancarkan
mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang
sungguh telah ditetapkan.(12) Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang
terbuat dari papan dan paku.(13)1
Mungkin
kita sering mendengar bahwa turun hujan terjadi selama 40 hari dan
banjir menutupi seluruh permukaan bumi/dunia, tetapi sebenarnya tidak
pernah dikatakan dalam Alquran berapa lama terjadinya hujan dan banjir
tersebut, jumlah bilangan hari semacam itu disebutkan didalam
injil/Alkitab, dikatakan dalam kitab kejadian: “sebab tujuh hari lagi
Aku akan menurunkan hujan keatas bumi 40 hari 40 malam lamanya dan Aku
akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Ku jadikan itu”2.
Dan dilain ayat “Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi 40 hari 40
malam lamanya. Pada hari itu juga masuklah Nuh, Sem, Ham, dan Yafet,
serta anak-anak Nuh….. didalam bahtera itu….”2. Jadi jelaslah
kalau bilangan 40 hari turunya hujan yang sering diceritakan oleh ustad
atau ustadah kita datang dari kisah-kisah israiliat yang berasal dari taurot dan injil, bukan cerita yang murni diambil dari Alquran.
Sedangkan kata(الارض)alardho yang berarti “bumi” atau “kepada bumi”3
dalam ayat itu, tetapi kata al ardho dalam bahasa arab juga dapat
berarti daerah, dataran, tanah atau bisa disingkat dataran tempat
manusia berdiri dan berpijak. jadi jelas disini bahwa yang dimaksud
al-Quran bukan seluruh bumi tertutupi, kelihatanya kita perlu memaknai
kata-kata dalam al-Quran tidak hanya sebatas terjemahan, karena itu kita
perlu tafsir agar dapat lebih memahami al-Quran dengan benar, dan juga
tentunya perlu sains heheheheeeee.
Apa Kata sains ?????!!!!!
Sains
juga tidak kalah serunya membuktikan adanya peristiwa banjir besar Nuh,
mereka mulai memeriksa dari kemungkinan ditemukanya sisah puing-puing
perahu (bahtera) Nuh, kemungkinan planet bumi pernah mengalami banjir
dahsyat yang menutupi seluruh permukaannya, hingga fosil-fosil
reruntuhan umat nabi Nuh. Karena didunia barat agama samawi lebih
didominasi oleh agama nasrani maka kita akan lebih banyak menyinggung
agama kristen, toh ya ta apalah ketiga agama tersebut sesame ibrahimiat,
tidak terlampau jauh berbeda. Kita akan membahas kemungkinan tersebut
satu persatu disini :
I. Sisah puing-puing perahu (bahtera) Nuh
Didalam
Alquran tidak pernah dijelaskan tentang bahterah nabi Nuh secara
terperinci, tetapi didalam injil hal ini dijelaskan secara terperinci,
dalam kitab kejadian berbunyi : “Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu
gofir, bahtera itu harus kau buat berpetak-petak dan harus kau tutup
dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah harus kau buat bahtera
itu; tiga ratus hasta panjangnya,lima puluh hasta lebarnya, dan tiga
puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah
bahtera itu samapai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya dari
lambungnya, buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas”2.
Dengan 1 hasta sepanjang lengan manusia atau 1 setengah kaki, yang
berarti besarnya bahtera Nuh sebesar 450 kaki yaitu seukuran tanker
super modern atau sebesar tetanik, dan yang pasti bila sumber ini benar
perahu ini adalah kapal terbesar yang pernah dibuat dari kayu pada masa
kuno. Menurut Tom Vosner seorang pakar perahu purba, tak ada seorang
insinyurpun abad 19 yang dapat membuat kapal sebesar itu hanya dari
kayu. “masalah pada kapal sebesar 450 kaki adalah dari bahan kayunya
yang tak dapat menjaga bentuk kapal, kapal akan berubah bentuk dilaut,
kelimannya akan terbuka dan kapal akan tenggelam” tegas Vosner. Jadi
dari ukurannya saja menurut ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat
lah mustahil5. bagaimanapun juga bukan berarti Nuh tidak
membuat kapal, mungkin Nuh membuat kapal tapi dalam ukuran yang lebih
kecil karena itu, hal ini tidaklah menyurutkan semangat para “Mujahid”
agama yang mencoba membuktikan keyakinannya melalui sains.
Pencarian
sisah puing-puing bahterapun tetap dilakukan, memang dalam Alquran
diterangkan dimana bahtera Nuh terhenti, alQuran hanya berkisah dalam
surat Huud ayat 44:
“dan difirmankan hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan)
berhentilah. Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera
itupun berlabu diatas bukit judi, dan dikatakan binasalah orang-orang
zalim”. menurut para ulama bukit judi terletak di Armenia sebelah
selatan, berbatasan dengan Mesopotamia[1][4]. Mesopotamia
adalah daerah yang berada diantara sungai eufrat dan tigris yang
sekarang meliputi Iraq, Syriah, Libanon, syprus, Palestina, Quait. Saya
juga tidak terlalu mengerti bagaimana para ahli tafsir berkesimpulan
bahwa letak bukit judi berada disana, tetapi menurut dugaan saya (yang
mungkin bisa salah) mereka menentukan posisi bukit judi setelah
penelitian di iraq yang akan kita jelaskan nanti.
Tetapi
didalam alKitab diceritakan bahtera Nuh berlabu dipegunungan Ararat
yang sekarang Turki bagian timur. Tak terhitung banyaknya pencarian yang
dilakukan disana, tapi tak satupun yang memuaskan, masalahnya tak ada
kayu yang dapat bertahan ratusan tahun apalagi ribuan, kayu akan lapuk
dan rusak dimakan usia. Mulai dari foto satelit, foto pesawat CIA, dan
beberapa kayu tua, diajukan sebagai bukti tapi tak satupun yang
dibenarkan sebagai sisah puing bahtera itu. Ahli kitab Lloyd Baily telah
memeriksa semua klaim dan mendapatkan mereka semua keliru “sangat
banyak bukti yang didapat oleh para pemburu bahtera, untuk mendukung
bahtera ada disana, namun foto adalah dugaan yang eksis tapi tak dapat
ditemukan, artikel-artikel penglihatan adalah dugaan tapi mereka keliru,
mereka ingin mampu mendukung alkitab dalam abad keraguan ini, abad
rasional modern, dan keinginan itu amat kuat mereka dapat
merasionalisasikannya, tak ada bukti yang menunjukkan ada perahu disana,
dan juga tak ada bukti bahwa pernah ada disana”5.
Ya
mungkin memang nasib perahu itu tak pernah diketahui sampai sekarang
atau semua bukti tak lulus uji rasionalitas, tapi bagaimanapun juga kita
patut mengacungi jempol bagi para pencari bahtera karena semangatnya
dan juga karena pengujian yang dilakukan dengan metode sains modern.
Mungkin memang sudah menjadi budaya barat untuk selalu menguji sebuah
klaim melalui sains dan teknologi tidak seperti dinegara kita ini, yang
hanya menelan bulat-bulat hal yang non rasional seperti itu, azab kubur,
tulisan allah dibatu ini kayu itu, ciplakan kaki nabi adam, ya nyiloro
kidul lah, ya kolor ijo lah, anak yang dikutuk jadi hewanlah.
Weleh-weleh saya hanya dapat menggeleng-geleng kepala, “Apa-ApaaaaaAn
inI”.
II. Planet Bumi yang tertutupi oleh air
Bila
anda bertemu dengan seorang atheist dan menceritakan pada mereka bahwa
bumi dulu pernah tertutupi seluruh permukaannya oleh air dalam peristiwa
banjir besar Nuh, maka tidaklah heran bila ia akan tertawa
terbahak-bahak, pasalnya untuk menutupi bumi hingga puncak Himalaya
dibutuhkan volume air hingga 3 kali lipat dari keseluruhan jumlah air
dilaut. Seorang ahli geologi Ian Plimer berkata “kita tahu berapa jumlah
air dilaut, kita tahu berapa jumlah air dikedua kutub, kita juga
mengetahui berapa jumlah air diatmosfer dan dibebatuan, jika kita
satukan semua dimana beberapa kali lipat terjadi pada masa geologis
lalu, masih belum cukup membanjiri semuanya. Dan jika seluruh air yang
ada dibumipun keluar kepermukaan, maka sebelum keluar sebagai gayser,
kulit bumi akan menjadi pasir hisab”5.
Tetapi
seandainya saja banjir besar benar-benar terjadi dalam skala tersebut
anggaplah saja air ada karena mukjizat maka Nuh dan keluarganya tetap
akan menghadapi masalah baru yaitu jumlah air yang membanjiri bumi akan
mengubah atmosfir bumi. “Atmosfir akan dipenuhi banyak uap air
didalamnya, begitu banyak sehingga anda akan tenggelam hanya karena
bernafas saja, begitu banyak sehingga tekanan atmosfir dapat
menghancurkan paru-paru” ujar Plimer lagi5.
Jadi
sudah seharusnya kita membuang anggapan bahwa dalam peristiwa banjir
besar Nuh seluruh bumi tertutup oleh air karena walau seaindanya pernah
terjadi, peristiwa sedasyat itu pastilah sedikit tidaknya meninggalkan
sisah-sisah yang dapat dijadikan bukti. Tapi sayangnya tidak pernah ada
bukti yang menunjukkan peristiwa ini pernah terjadi. Seberapapun
mustahilnya sebuah mukjizat tentulah ada pijakan rasional tentangnya,
bila memang mukjizat tersebut pernah terjadi dikosmos kita ini.
III. Fosil-Fosil Peningggalan Umat Nabi Nuh
|
tablet gilgamesh |
Tenang
saja semuanya tidak akan berakhir pada kobohongan belaka, kita akan
sedikit mendapat angin segar bila anda bersabar membaca
penelitian-penelitian yang akan saya kemukakan berikut. banyak
kisah-kisah banjir besar yang pernah melanda bumi, mulai dari kisah
banjir di India, Burma, China, dan Melayu. Tapi mungkin yang paling
menyerupai dengan kisah banjir Nuh adalah kisah banjir topan Sumeria dan
Babilonia. Hingga akhir abad lalu, masyarakat meyakini bahwa taurat
merupakan sumber paling awal yang menginformasikan kisah banjir besar.
Namun penemuan-penemuan modern berhasil membuktikan bahwa itu adalah
ilusi belaka. Ini terjadi setelah tahun 1853 terungkap naskah berbahasa
Babilonia yang menginformasikan banjir topan. Pada rentang waktu antara
tahun 1889 sampai 1900, delegasi kepurbakalaan Amerika pertama yang
melakukan penelitina di Irak, mengungkapkan lembar tanah liat yang
memuat kisah Sumeria tentang banjir topan dikota Nippur (Nuffur di
Irak). Terlihat dari stempel pada tulisan tentang kisah Sumeria bahwa
kisah ini berasal dari masa yang mendekati masa, Hamurabi raja Babilonia
yang terkenal. Meskipun bias diyakini bahwa kisah itu terjadi sebelum
masa Hamurabi6. Pada tahun 1851, arkeolog Inggris Sir Henry
Layard menjelajahi reruntuhan pustaka Niniwe Babilonia, ia menemukan
ratusan tablet tanah dengan berbagai macam ukuran dan bentuk. Yang
kemudian diabaikan di Britis museum hingga bertahun-tahun. Hingga pada
tahun 1872 seorang asisten museum George smith berusaha mengartikan dan
merupakan orang pertama yang dapat membaca tablet tersebut, Ia menemukan
kisah epic Gilgamesh yang menyerupai kisah Nuh. Sejak saat itu banyak
penelitian dilakukan di Irak, ditemukan banyak tablet berkisah epic
semacam itu, semua epos itu ditulis pada tahun yang berbeda, tetapi
semua peristiwa banjir besar Nuh merujuk pada 5000 tahun yang lalu.
Kisah epic yang paling tua adalah epic atra-hasis yang ditemukan oleh
Allan Millard5.
Dalam
Epos Sumeria dikatakan ada seorang Raja bernama Ziusudra yang taat pada
Tuhan atau Dewa, ia mendapat berita tentang keputusan para dewa untuk
mengirimkan banjir topan yang akan menyapu bersih bumi, dalam kisah itu
Ziussudra juga digambarkan sebagai seorang yang menjaga spesies umat
manusia, ia juga membuat kapal untuk menyelamatkan manusia persis
seperti kisah Nuh6. Dalam kisah epos Babilonia diceritakan
kisah epos Gilgamsesh, pada tanggal 3 desember 1872, Sydney Smit
mengumumkan keberhasilannya dalam menghimpun serpihan yang tersebar dari
epos Gilgamesh bagian perbagian yang tertulis dalam 12 lembar. Kisah
epos ini juga sangat mirip dengan kisah Nuh. Selain itu Babilonia juga
memiliki kisah epos Berosus, Berosus adalah merupakan salah satu rahib
Tuhan Marduk, ia hidup pada masa Raja Antigonus I (280-260 SM). Dalam
tulisan sejarah negaranya ia juga menceritakan seorang raja bernama
Xisuhras yang memiliki kisah sangat mirip dengan kisah Nuh6.
Kisa hanyalah sebuah kisah, kita tentunya tidak perlu percaya bila
Firaun adalah titisan dewa Ra matahari seperti yang dituliskan dalam
dinding Piramida, haruslah ada penelitian arkeologi untuk mendukungnya
bila kita memang ingin menganggap kisah banjir ini pernah terjadi.
Yap,
memang penemuan ini memicu penelitian arkeologi untuk membuktikan
apakah benar banjir besar pernah terjadi di Sumeria atau Babilonia atau
yang sekarang Irak. Sudah banyak delegasi kepurbakalaan yang melakukan
penelitian didataran Rafidin untuk membuktikan adanya banjir besar,
Hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa daerah Rafidin merupakan daerah
yang sebagian besar penduduk Sumeria tinggal disana memang pernah
mengalami banjir besar. Banjir ini terjadi di kota utama di Rafidin
yaitu Ur, Erech, Shurupak dan Kish sekitar tahun 3000 SM6.
Kota
Ur sekarang dikenal sebagai Tall al Muqayar (Tell al-Obeid). Peradapan
ini sudah ada sejak 7000 SM.. Pada tahun 1931 sebuah tim arkeologi yang
dipimpin oleh Leonard Wooley dan istrinya Katherine dan salah satu
anggotanya adalah Agatha Christie sang novelis, penelitian ini dibiayai
oleh Museum Inggris dan Universitas Pennsylvania, mereka mengungkapakan
bahwa mereka menggali suatu pemukiman yang berusia 5 sampai 6 ribu tahun
yang lalu. Mereka mendapati lapisan yang hanya dapat diendapkan oleh
air, diketahui juga bahwa lumpur yang mengendapkannya dibawa oleh air
sungai, lapisan ini amat besar yang menjadi bukti kuat bahwa setidaknya 3
kota terkena banjir seperti kisah epic Babilonia. Mereka melakukan
penggalian sampai di bawah permukaan tanah, hingga kedalaman 10 kaki
mereka mendapati petunjuk adanya pemukiman manusia. Penelitian
mikroskopis pada timbunan batu mulia yang berada dibawah anak bukit di
kota Ur dalam kondisi tertimbun menunjukkan akibat banjir. Wooley
berkata bahwa hanya banjir yang memungkinkan terjadinya timbunan yang
terletak dibawah anak bukit di kota Ur[5][6]. Kota kish yang sekarang Tall al Uhaimar, juga menunjukkan adanya timbunan yang diakibatkan banjir7.
Kota Shuruppak juga merupakan bagian penting dari peristiwa banjir
besar ini, kota yang berada disebalah selatan Rafidin sekarang dikenal
dengan Tall al Farah. Penelitian dipimpin oleh Henri de Genouillac juga
dari Universitas Pennsylvania pada tahun 1920 sampai 1930 mengungkapkan
adanya hal senada bahwa banjir besar memang pernah terjadi[6][7].
|
banyak gunung yang diberi nama Judhi di Arab |
Eeet
tunggu dulu, jangan terburu senang dulu, sains tetaplah sains yang
entah mengagamisasikan rasionalitas atau saya yang memang kurang
referensi sehingga tidak terlalu yakin dengan metode yang mereka
lakukan, mereka para aliran rasionalis mengatakan bahwa kisah Nuh dalam
AlKitab dan yang pada akhirnya AlQuran merupakan pencontekan dari kisah
epic Babilonia yang terlebih dahulu sudah dibumbuhi mitos. Ketika para
pemuka yahudi yang diasingkan ke Babilonia abad ke 6 SM, mereka menulis
ulang kisah Babilonia dan menjadikannya merupakan bagian dari kisah
dalam kitab suci mereka. Selain itu para aliran rasionalis juga meyakini
bahwa Nuh adalah pedagang yang mebuat perahu yang digunakan untuk
memasukkan tanaman seperti gandum dan hewan-hewan untuk diperjual
belikan, karena untuk berdagang dari shuruppak ke Ur lebih murah membawa
kargo lewat sungai dari pada caravan didarat seperti kisah dalam
Gilgamesh, bukan seorang pemberi peringatan seperti dalam Alquran atau
petani anggur seperti dalam Alkitab. Tetapi tetaplah banyak keganjilan
dalam kesimpulan itu, Mesopotamia bukanlah daerah tropis sehingga
seharusnya tidaklah mungkin dapat menghasilkan curah hujan yang
mengakibatkan banjir sedahsyat itu, mereka mengungkapkan bahwa jika
badai ANEH
bertemu dengan salju dari pegunungan armenia yang mencair ditambah
dengan banjir musiman maka dengan mudah sungai eufrat membanjiri
Mesopotamia, namun tetap kemungkinan banjir sebesar itu di Mesopotamia
adalah 1 tiap 1000 tahun5 (kata
kemungkinan menunjukan peluang bukan terjadi setiap seribu tahun). Kita
lihat disini ada keserupaan antara apa yang dikatakan al-Quran dengan
sains, didalam al-Quran dikatakan juga bahwa air dari langit maupun dari
tanah semua keluar dan bertemu untuk membanjiri kota-kota tersebut.
Pada akhirnya terserah pembaca mau mempercayai kisah Nuh sebagai
mukjizat tuhan atau menganggapnya hanyalah epic macam tangkuban perahu
yang telah dibumbuhi mitos-mitos dan takhayul, atau bahkan mungkin
banyak diantara para pembaca berfikir “untuk apa berusaha membuktikan
kisah Nuh, itu adalah mukjizat dari tuhan yang tentu saja jauh dari
pemahaman atau nalar kita, dan saya percaya sepenuhnya pada kisah Nuh
tanpa pembuktian sama sekali”. Tetapi menurut saya suatu yang diyakini
tanpa penalaran adalah suatu yang berbahaya dan dapat menjerumus pada
kebodohan, bukankah agama talah banyak dikotori oleh peristiwa teroris,
pembunuhan dan peperangan atas nama tuhan. Sudah saatnya kita kembali
mensucikan agama dengan memasukan logika dan akal, anugrah terbesar umat
manusia.
Referensi :
1. Prof.
R.H.A. Soenarjo, S.H. dkk. Alquran dan Terjemahannya. Komplek
Percetakan Alquran Khadim AlHaramain asy Syarifain raja Fadh, dibawah
pengawasan Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabiah. 1411 H. Madinah.
2. Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Bergambar.2008.Jakarta.
3. Drs. Endang Sofyan dkk. Terjemahan alQuran Kata Perkata II. PT. Prima Heza Lestari.2005. Jakarta.
4. Ust H. Muhammad Saifudin, Lc.,M.Ag, dkk. Syaamil AlQuran Miracle The Reference. Sygma Publishing. 2010. Bandung.
5. Jeremy Bowen dkk. Noah and the Great Flood. BBC. 2004.
6. Dr.
Magdy Shehab dkk, Kemukjizatan Fakta dan Sejarah Ensiklopedia Mukjizat
Alquran dan Hadist 1. PT. Sapta Sentosa. 2009. Cairo-Egypt.
7. Jacob
E Safra, Britanica Micropedia Ready Reference jilid 6.2002. Ensiclopedi
Britanica Inc. Hal 893, lema “kish”. Hal 772, lema “shuruppak”.